KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH ITOSU (2)

DUEL YANG PERTAMA
 

Itosu mungkin bukan murid Matsumura yang terbaik, tapi dia sudah mendapatkan banyak pelajaran dari gurunya itu. Latihan yang berat telah membuat tubuhnya terlihat tegap dan kuat. Di masa mudanya Itosu terkenal berkat aksi-aksi heroiknya. Namanya dikenal banyak orang karena sering terlibat dalam pertarungan yang berbahaya. Pertarungan pertamanya terjadi saat Itosu dalam perjalanan menuju ke Naha. Tidak sengaja dia melihat orang-orang berlari ketakutan kesana-kemari. Karena penasaran, Itosu mencoba mendekat demi mencari tahu apa yang terjadi.

Rupanya seekor banteng liar yang sedianya disiapkan untuk acara duel sedang mengamuk. Banteng itu seolah tahu bahwa dia akan menghadapi kematian. Menolak untuk dibawa paksa oleh orang-orang, binatang itu berontak untuk meloloskan diri. Amukannya sungguh dahsyat karena sudah membuat beberapa orang terluka parah. Arena pertunjukan berupa pagar kayu seharusnya sudah cukup kokoh untuk menahannya. Tapi serudukan hebat binatang liar itu membuat pagar seolah tidak berarti apa-apa.

Saat panitia sudah tidak mampu lagi mengatasi tandukan liarnya, mata banteng itu tertuju pada Itosu yang berdiri di kejauhan. Melihat Itosu sebagai lawan terakhirnya, banteng marah itu mendengus keras disertai dengan ancang-ancang kearah calon korbannya. Orang-orangpun berteriak memperingatkan Itosu agar segera menyingkir. Itosu bisa saja menghindar, tapi dia berpikir jika banteng itu tidak segera dikalahkan akan semakin banyak korban berjatuhan. Dengan tenang Itosu melangkah maju sambil mempersiapkan diri menyambut tandukan lawannya.

Dengan gerakan mengelak kesamping, Itosu menghindari serudukan banteng liar itu. Tidak membuang waktu, Itosu segera meraih kedua tanduknya dan diikuti kuncian yang kuat di lehernya. Banteng itu semakin marah karena cekikan Itosu dan berusaha membebaskan diri dengan berlari tak tentu arah. Itosu memang sengaja mencekiknya agar binatang itu lemas kehabisan napas. Dan benar saja, setelah pergulatan yang menguras tenaga, akhirnya gerakan banteng itu mengendur karena kelelahan. Tidak berapa lama binatang liar itupun tersungkur ke tanah.

Agar tidak mengamuk lagi, Itosu menenangkan banteng itu dengan jalan menekan tubuhnya ke tanah. Beberapa orang kemudian segera membawa dan mengikatnya. Versi lain dari cerita ini adalah Itosu membunuh banteng itu dengan mematahkan tulang lehernya. Mana yang benar memang tidak bisa dipastikan. Yang jelas, setelah pertarungan itu Itosu melanjutkan perjalanannya ke Naha. Di kota pelabuhan itu dia bertemu dengan Nagahama Chikudon yang bersedia menerimanya sebagai murid.  

Siapa sebenarnya Nagahama Chikudon? Teknik apa yang dikuasainya? Sayangnya sangat sedikit catatan sejarah yang menceritakan sosoknya. Yang jelas, Nagahama juga diberikan gelar “Peichin” oleh masyarakat Okinawa. Sebuah gelar yang juga diberikan pada Sakugawa dan Takahara, dua legenda klasik karate Okinawa. “Peichin” adalah gelar bagi tokoh yang sudah tidak diragukan lagi kepandaian dan ketangguhannya.

Itosu sebenarnya sangat menikmati latihan bersama Nagahama, tapi tidak banyak hal baru yang diperolehnya. Nagahama ternyata hanya memfokuskan pada latihan fisik dan bukan bela diri. Sehingga walau tubuh Itosu menjadi semakin kuat, tetap saja teknik bela dirinya tidak ada kemajuan. Nagahama rupanya menyadari hal itu dan berkata pada Itosu jika saat ini teknik bela diri lebih penting. Sebelum kematiannya dia menasihati Itosu agar mencari guru lain yang lebih pantas.

Kematian gurunya menjadi pukulan berat bagi Itosu. Hatinya dipenuhi kebimbangan, menyesal dan putus asa. Dia tidak tahu harus kemana lagi. Itosu sempat berpikir untuk kembali pada Matsumura, tapi dia sudah terlanjur meninggalkannya. Mencari guru yang tepat bukanlah perkara yang mudah. Itosu lalu memutuskan untuk mencoba ujian bekerja sebagai pegawai pemerintah. Berkat bantuan dari sahabatnya yaitu Azato, dia berhasil lulus dalam ujian itu. (Bersambung – Indoshotokan)