KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH ITOSU (1)


Dalam dunia karate, nama Yasutsune Itosu menjadi tokoh penting setelah era Sokon Matsumura berakhir. Yasutsune Itosu atau Ankoh Itosu melakukan banyak perubahan dalam dunia karate pada abad ke-19, hingga membuatnya dijuluki sebagai Bapak Karate Okinawa. Begitu besar jasanya hingga tidak ada anak-anak Okinawa yang tidak kenal siapa Itosu. Hampir semua aliran karate jika dilacak sejarah dan tekniknya masih berhubungan dengan Itosu.

Itosu mempunyai banyak murid dan kebanyakan dari mereka juga menjadi orang penting dalam karate di kemudian hari. Ada yang masih mempertahankan gaya Itosu seperti Shorin-ryu, tapi ada juga yang memodifikasinya seperti Gichin Funakoshi. Tulisan dan sumber yang menceritakan sosok Itosu sangat sedikit. Karena itulah sebagian kisahnya diperoleh dari mereka yang pernah berguru padanya.

Tempat kelahiran Itosu hingga kini tidak begitu pasti. Ada yang menyebutkan Itosu lahir di Yamakawa, salah satu bagian wilayah Shuri. Sementara itu sumber lain menyebut tempat kelahirannya di Gibo, salah satu desa di Shuri, dan kemudian Itosu pindah ke Yamakawa. Lahir tahun 1830 dalam lingkungan keluarga bangsawan yang terpelajar, Itosu mendapatkan pendidikan yang cukup dari orang tuanya. Banyak buku-buku pengetahuan dari Tiongkok yang diperolehnya. Tentu saja sebuah keberuntungan karena kesempatan itu terbilang langka bagi penduduk Okinawa saat itu.

Walau kelak menjadi tokoh hebat dalam karate, Itosu muda ternyata tidak begitu tertarik dengan bela diri. Sebaliknya, ayah Itosu ingin agar anaknya tidak hanya pandai pelajaran sekolah tapi juga tumbuh sebagai laki-laki yang tangguh. Untuk itulah ayah Itosu memberinya latihan fisik setiap hari. Dengan mengikat tubuh Itosu di sebuah pohon besar, sang ayah bertubi-tubi memukul tubuh anaknya dengan batang kayu. Walau Itosu menangis, ayahnya tidak berhenti. Baru ketika Itosu terlihat marah dan ingin berontak, ayahnya akan menghentikan latihan yang “kejam” itu.


MENGIKUTI SOKON MATSUMURA
 

Perkenalan pertama Itosu dengan bela diri terjadi setelah sang ayah memperkenalkannya pada Sokon Matsumura. Kesempatan itu datang saat Matsumura hadir dalam pertemuan ahli bela diri Okinawa. Ayah Itosu sebelumnya sudah mengenal Matsumura dan memohon agar sang legenda itu bersedia mengajari anaknya. Matsumura tidak banyak bicara. Dengan seksama dia hanya mengamati Itosu yang saat itu berusia 16 tahun. Melihat sikap Matsumura, ayah Itosu cemas jika anaknya gagal menjadi murid Matsumura. Saat melihat sorot mata Itosu yang memancarkan kesungguhan, Matsumura bersedia menerima Itosu.

Kekhawatiran ayah Itosu sebenarnya cukup beralasan. Saat itu seorang ahli bela diri sangat berhati-hati menerima murid. Mereka juga belum tentu mewariskan ilmu pada keturunan atau keluarganya sendiri. Fisik yang kuat saja tidak akan cukup karena sang guru akan mempertimbangkan hal lain. Calon muridnya harus mempunyai karakter yang baik agar kelak tidak membuat malu nama gurunya. Di luar itu semua, ahli bela diri Okinawa percaya jika pertemuan dengan muridnya terjadi karena kehendak langit atau takdir Tuhan. 

Sejak itu Itosu memulai latihannya dengan Matsumura. Dia juga berjumpa dengan Azato yang kelak menjadi sahabat terbaiknya. Dan seperti yang sudah diduga, latihan dibawah Matsumura benar-benar melelahkan dan tidak mudah. Bahkan tidak jarang latihan harus dijalani sehari penuh. Bukan Cuma bela diri, Matsumura juga menyuruh hal lain seperti mencuci baju, membersihkan rumah dan memasak. Saat malam tiba, Itosu yang lelah tidak bisa tidur nyenyak. Ini karena Matsumura bisa saja tiba-tiba menyerangnya dengan tongkat.

Ada pesan moral yang ingin disampaikan Matsumura. Dia ingin agar muridnya menjadi pribadi yang keras dan disiplin pada diri sendiri, pantang menyerah, mempunyai jiwa pejuang dan loyalitas. Mengapa Matsumura menyerangnya di malam hari? Ini agar Itosu mempunyai naluri yang kuat dan siap menerima serangan dari arah yang tidak terlihat. Bagi Matsumura seseorang tidak akan bisa lebih kuat jika hidupnya hanya dipenuhi kesenangan. Dan inilah mental seorang satria yang ingin ditanamkan Matsumura.

Walau demikian, Itosu sepertinya tidak cocok dengan Matsumura. Beberapa tahun setelah berlatih dengan Matsumura, gerakan dan kecepatan Itosu menurun. Hal ini membuat Matsumura kurang menyukainya. Merasa tidak nyaman lagi dan tidak ada kemajuan, Itosu kemudian memilih meninggalkan gurunya itu. Itosu kemudian menuju ke Naha berharap bisa menemukan guru yang lain. (Bersambung – Indoshotokan)