KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

THE BULL FIGHTER: KISAH MASUTATSU OYAMA (3)

Bukan cuma belajar karate Shotokan dan mekanik pesawat terbang, Choi Young Eui juga mengambil nama Jepang untuk dirinya yaitu Masutatsu Oyama. Nama ini adalah alih bahasa Korea untuk “Baedal”, sebuah istana kuno di Korea. Nama Masutatsu Oyama sendiri berarti Gunung yang Besar. Tapi teman-temannya sering menyebutnya dengan Mas Oyama. Bukan tanpa alasan Choi Young Eui mengganti namanya. Bagi orang Jepang yang saat itu sedang ultra-nasionalis, mengetahui ada orang asing di wilayahnya adalah hal yang tidak nyaman.

Saat itu adalah sekitar tahun 1937 dan Jepang sedang berperang sengit melawan Tiongkok. Kebanyakan dojo karate milik Funakoshi tak ubahnya seperti kamp perang. Sebelumnya ada tiga dojo bela diri yang dilirik pemerintah; Goju-ryu, Shotokan dan Aikido. Pemerintah Jepang tertarik merekrut murid dari dojo milik Funakoshi karena dipandang lebih efektif di medan perang. Akibatnya latihan di dojo menjadi lebih keras dan melelahkan dari biasanya. Kumite dojo lebih condong ke bela diri yang kasar dan berdarah. Murid yang terpilih akan diberangkatkan sebagai prajurit. Oyama sebetulnya juga akan dikirim perang, tapi ternyata perang sudah lebih dulu berakhir tahun 1945.


MASA SULIT PASCA PERANG DUNIA II

Di masa-masa itulah Oyama bertemu dengan So Nei Chu, orang Korea lainnya yang juga tengah berada di Jepang. So Nei Chu adalah murid senior dari Chojun Miyagi, pendiri karate Goju-ryu. Lewat So Nei Chu, Oyama berkenalan dengan gaya Goju dan berlatih bersamanya beberapa tahun kemudian. Karena berasal dari propinsi yang sama, Oyama dan So Nei Chu berteman baik. Korea telah dikuasai oleh Jepang tahun 1910, dan pasca perang tahun 1945 kubu Korea Selatan dan Utara terlibat konflik ideologi. Oyama lalu bergabung dengan organisasi penyatuan Korea di Jepang. Tapi karena perbuatannya itu Oyama justru dihina dan menjadi target dari polisi Jepang karena dianggap mengikuti gerakan separatis.

Jepang yang kalah perang membuat wilayahnya dimasuki pasukan sekutu. Di Tokyo saat itu banyak polisi militer Amerika yang berseliweran disana-sini mencari wanita. Ada memang wanita yang sengaja menyerahkan dirinya pada pasukan penakluk itu. Tetapi sebagian besar sudah pasti menolak. Tidak jarang para pasukan sekutu itu menggoda dan mengganggu wanita. Jika Oyama kebetulan ada di tempat itu dia langsung menghajar mereka. Kemarahan Oyama juga dipicu kematian teman-temannya akibat perang. Bila dia sudah terjun dalam perkelahian, maka hanya polisi militer Jepang sajalah yang bisa melerainya.


Kadang-kadang pasukan sekutu yang lewat di sebuah kedai akan langsung mencomot makanan begitu saja tanpa membayar. Pemilik kedai terlalu takut untuk melawan. Di sebelah selatan Tokyo memang banyak kedai-kedai kecil dan Oyama sering terlihat disana di waktu malam. Walau pasukan sekutu itu membawa senjata api tapi tidak menggetarkan nyali Oyama. Manakala meletus kerusuhan, sudah pasti Oyama ada di tengah-tengahnya.

“Aku telah kehilangan begitu banyak teman selama perang. Di pagi hari saat mereka berangkat sebagai pilot Kamikaze (admin: bunuh diri), kami sarapan bersama dan di sore harinya bangku mereka telah kosong. Setelah perang berakhir, aku sangat marah. Karena itu aku berkelahi dengan pasukan Amerika sebanyak yang aku bisa, sampai fotoku ada di semua kantor polisi.”

Bagi sebagian orang, sosok Oyama adalah superman timur. Tapi bagi polisi dia tidak lebih dari sekedar pembuat onar. Beberapa teman Oyama yang masih hidup menasihatinya agar menyingkir saja dari kota itu jika masih ingin hidup lebih lama. Polisi yang sudah hafal dengannya selalu mempersulit urusannya. Belum lagi pasukan sekutu yang selalu mengincar dan ingin membunuhnya. Tubuh Oyama sudah banyak luka bekas sayatan pisau dan pedang Jepang hadiah dari perkelahian. Sudah tentu Oyama tidak ingin menambahnya dengan lubang dari peluru. Di tengah kebimbangan itu Oyama kembali pada gurunya, So Nei Chu. Oyama lalu dinasihati agar menyingkir untuk sementara waktu ke Yamanashi sampai semuanya kembali tenang. (Bersambung – Indoshotokan)