KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

RAHASIA SUKSES ORANG JEPANG (2)

Jepang adalah negara yang jumlah penduduknya termasuk terbesar di dunia. Sekalipun luas wilayahnya tidak seluas Negara ini, namun jangan salah sangka, total penduduk Jepang hampir separuh penduduk Indonesia. Hampir tidak sebanding dengan luas wilayahnya. Luas wilayah yang terbatas dengan jumlah penduduk besar dan aktivitas super sibuk menjadikan mobilitas orang Jepang begitu dinamis. Namun bukannya tidak menimbulkan masalah. Tingkat ekonomi orang Jepang yang tinggi menjadikan mereka butuh kendaraan pribadi. Tapi tidak bisa dibayangkan macetnya jalanan Tokyo (yang konon lebih sibuk ketimbang Washington DC) kalau semua orang yang punya mobil itu keluar bersamaan.

Karena itulah sarana transportasi massal menjadi solusi utama. Di Jepang alat transportasi publik seperti kereta api (baik lokal, ekspres sampai yang super ekspes), pesawat yang menghubungkan antar wilayah menjadi pilihan utama. Shinkansen menjadi salah satu media transportasi yang begitu vital.

Sekarang kereta api super cepat ini sudah menjadi ikon Jepang dan diklaim termasuk salah satu kereta tercepat di dunia. Dan memang bukan omong kosong, kereta ini selain serba hi- tech karena penggunaan komputer sebagai navigator. Selain itu Shinkansen juga menggunakan sumber energi listrik yang listriknya diproduksi terpusat. Tentu saja ramah lingkungan karena tidak berpolusi. PLTN mereka sebagai pemasok energi listrik utama tidak mengemisi CO2 sehingga praktis efisien dan tidak mencemari.


Sebelum munculnya Shinkansen, orang Jepang dilanda krisis transportasi. Jepang boleh berbangga begitu banyak merek mobilnya yang beredar di luar negeri. Bahkan sanggup bersaing dengan produsen mobil Barat. Namun dibalik itu itu, ternyata orang-orang Jepang bukan tidak mempunyai problem. Justru tiap tahun mereka harus mengeluarkan biaya yang tinggi untuk sekedar perawatan mobil, belum ditambah biaya garasi yang tinggi plus ongkos parkir, bensin yang harganya jauh kelewat mahal dibanding kita yang di tanah air. Masih ditambah dengan biaya jalan tol yang biayanya bisa sampai sepuluh kali lipat dibanding di Indonesia. Dan memang bukan hal yang mengejutkan kalau biaya hidup di negeri sakura itu memang mahal.

Sejak itu Jepang memutar otak bagaimana memunculkan transportasi baru yang lebih efisien dan ekonomis. Dan mulailah mereka membuat jalur kereta api bawah tanah (subway) karena lahan diatas tanah yang serba terbatas. Dengan pertimbangan penggunaan alat transportasi massal, mereka mulai mencoba meniru Amerika. Mulanya mereka mengimpor tiga kereta api dari Amerika. Satu unit sebagai transportasi, satu unit sebagai cadangan dan satu unit lagi sebagai riset dan contoh.

Alhasil dari sekedar meniru-niru Amerika, Jepang berhasil meninggalkan negara Paman Sam itu. Dan sejak saat itu hingga sekarang sudah begitu banyak kereta api bawah tanah yang berseliweran. Sudah seabad lebih dunia perkereta apian di Jepang diakui sebagai yang terbaik dan tercepat di dunia. Bahkan saat ini tingkat kepadatan lalu lintas kereta di Jepang adalah yang terpadat didunia.

Bahkan sejak perkereta apian di Jepang maju, hampir tidak ada bedanya jumlah penduduk Jepang yang keluar di waktu siang dengan malam hari. Daya angkut super banyak yang bisa ditangani kereta super cepat ini memang sanggup mengatasi budaya orang Jepang yang workaholic ini. Karena itu jangan heran kalau melihat penduduk Tokyo yang berduyun-duyun masuk kerja di pagi hari juga hampir sama jumlahnya di malam hari. Tidak bisa dibayangkan jalanan kota Tokyo seandainya mereka yang punya kendaraan pribadi keluar bersamaan. Karena itulah penggunaan kereta cepat ini dipandang sebagai solusi yang benar-benar inovatif dan efisien dari segi waktu dan biaya.

Namun begitu, bagi orang Jepang ketatnya jadwal kereta membuat mereka harus lebih teliti dan hati-hati. Tingginya akurasi jadwal kereta negara ini kalau Anda telat sedikit saja Anda pasti ketinggalan kereta dan harus menunggu kereta berikutnya. Di Jepang budaya tepat waktu sangat dihargai, jadi jangan heran kalau kereta ini terlambat lima menit saja dianggap memalukan.

Sulit membayangkan bagaimana seandainya kita yang terbiasa budaya telat ini harus siap antri dengan tertib di setiap stasiun, berdesak-desakan dan bertemu dengan begitu banyak manusia setiap hari. Namun demikian ada juga segi positifnya, yaitu orang-orang Jepang sangat menghargai waktu. Jangan heran kalau didalam kereta kita bisa melihat orang yang belajar, membaca, bahkan tidur nyenyak. Bertemu dengan begitu banyak orang tiap hari membentuk jiwa sosial yang tinggi. Pada akhirnya membentuk sikap mental positif dan sehat.

Di tanah air kita sering mendengar slogan tengok kanan dan kiri sebelum menyeberang. Namun lain halnya di Jepang, slogan ini agaknya tidak berlaku. Walaupun lalu lintas disana terkenal padat (apalagi di kota besar seperti Tokyo dan Osaka) Di sana Anda cukup menunggu sampai lampu hijau pejalan kaki boleh menyeberang menyala. Anda tidak perlu toleh kiri atau kanan kendaraanpun dengan sabar menunggu Anda melintas jalan. Dan memang harus diakui ini salah satu bukti kedisiplinan yang luar biasa. (Indoshotokan)