Kembali ke masa lampau sebelum dikembangkannya obat penawar, pada suatu malam aku pergi ke rumah Master Azato untuk waktunya berlatih karate. Ini terjadi beberapa tahun sesudah pernikahanku, dan aku meminta anakku yang tertua yang masih disekolah dasar menemaniku dengan membawa lentera kecil yang akan menerangi jalan yang akan kami lalui di pulau ini pada malam hari.
Ketika kami berjalan melewati Sakashita, antara Naha dan Shuri, kami melewati sebuah kuil tua yang dibangun untuk menghormati dewa kuno dan untuk menyembah Dewi Pengampun, yang dalam Jepang moderen disebut Kannon. Baru saja kami melewati kuil, aku melihat samar-samar ditengah jalan sebuah benda yang pada mulanya aku kira kotoran kuda. Tetapi seiring kami berjalan semakin dekat aku sadar bahwa apa yang telah kulihat dalah sesuatu yang hidup, dan tidak sekedar hidup melainkan juga bersiap menyerang, menatap marah pada dua pengganggu.

Aku tidak mampu, tentu saja, mengatakan berapa lama kejadian ini berlangsung, tetapi akhirnya ular itu tetap menatapku, berjalan menyusur ke kegelapan kebun kentang terdekat. Itulah saat satu-satunya aku dapat melihat betapa besar dan panjangnya habu itu.
Sebelumnya aku sudah sering melihat habu, tapi tidak hingga malam itu kulihat satu ekor yang bersiap menyerang. Sebagaimana yang diketahui orang-orang Okinawa tentang sifat ular yang berbahaya ini, aku sangat ragu jika ular ini akan menyingkir dengan begitu tenang, begitu tunduk tanpa membuat suatu serangan. Dengan sangat takut kupegang lentera didepanku saat aku berjalan mengendap-endap ke kebun mencari ular tadi.
Kemudian aku menemukan dua mata yang bersinar terkena cahaya lentera dan aku sadar ternyata habu tadi memang benar sedang menungguku. Dia sudah menyiapkan jebakannya dan sekarang menungguku untuk memasukinya. Untunglah begitu melihatku dengan lentera yang mengayun ini, ular itu membatalkan serangannya dan saat ini menyingkir demi kebaikannya kedalam kegelapan kebun itu.
Tampaknya aku telah mendapat pelajaran yang penting dari ular itu. Ketika kami melanjutkan perjalanan menuju rumah Master Azato, aku berkata pada anakku,"Kita semua tahu bahayanya habu. Tetapi saat ini hal itu tidak membahayakan. Habu yang telah kita jumpai tampaknya memahami taktik dari karate, dan ketika dia menyusur kedalam kebun itu bukanlah melarikan diri dari kita. Dia sedang menyiapkan sebuah serangan. Habu itu mengerti dengan sangat baik semangat karate" (Indoshotokan).
Artikel ini dikutip dari buku Karate-do Kyohan yang ditulis Gichin Funakoshi dari bagian "Meeting with a Viper. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.