Aku merasa perlu disini sejak awal, untuk memberikan sebuah ulasan singkat tentang apakah sesuatu itu adalah karate atau bukan, sejak begitu banyaknya tulisan omong kosong tentang hal ini sekarang. Kemudian, bersamaan ketika kesempatan itu datang aku bermaksud memperjelas apakah karate itu pada kenyataannya. Namun sebelum menjelaskan lebih jauh, aku hanya dibenarkan untuk menyingkirkan beberapa konsep keliru yang terus mengaburkan esensi dari seni ini.
Suatu ketika, sebagai contoh, aku mendengar seseorang yang berprofesi sebagai seorang ahli (bela diri) bercerita pada pendengarnya yang terkesima,”Dalam karate kita memiliki kata yang disebut nukite. Hanya menggunakan lima jari dari satu tangan, seseorang dapat menembus kedalam tulang rusuk lawannya, memegang tulang-tulangnya dan menarik keluar dari tubuhnya. Ini, tentu saja,” orang yang disebut sang ahli melanjutkan,”sebuah kata yang amat sulit untuk dikuasai. Seseorang harus berlatih untuk itu dengan menusukkan jari-jari kedalam satu bejana penuh berisi kacang setiap hari selama berjam-jam, hingga ratusan kali. Awalnya jari-jari akan terluka karena latihan, dan tangan akan berdarah. Kemudian, lama-lama darah membeku, bentuk jari-jari akan berubah aneh.”
“Umumnya rasa sakit akan menghilang. Kemudian kacang didalam bejana harus diganti dengan pasir. Untuk pasir tentu saja lebih keras dan jari-jari akan menghadapi tantangan yang lebih keras. Meski begitu, sejalan dengan proses latihan, jari-jari biasanya menembus pasir dan mencapai dasar bejana. Setelah berlatih dengan pasir, latihan dilanjutkan dengan batu kerikil. Sampai disini setelah latihan yang lama barulah keberhasilan dicapai. Akhirnya berlatih dengan butir logam. Pada akhirnya dengan latihan yang lama dan keras, jari-jari akan menjadi cukup kuat tidak hanya untuk menghancurkan papan kayu yang tebal namun juga menghancurkan sebuah batu keras atau meremukkan tubuh seekor kuda.”.
Tidak diragukan lagi kebanyakan dari mereka mendengar akan hal ini menjadi percaya begitu saja. Banyak dari mereka yang berlatih karate masih saja memilih, untuk satu atau alasan yang lain, percaya pada mitos semacam itu. Sebagai contoh, seseorang yang tidak begitu paham dengan seni karate berkata pada seorang yang mahir,” aku tahu kau berlatih karate. Tunjukkan padaku, apakah kau benar-benar bisa menghancurkan sebuah batu besar dengan jari-jarimu? Bisakah kau benar-benar melubangi perut orang dengan tanganmu ?”
Haruskah sang ahli menjawab apakah salah satu atau kedua-duanya dari aksi itu benar-benar mungkin. Dia akan mengatakan tidak lebih dari kebenaran yang sesungguhnya. Namun ada beberapa ahli atau orang yang menganggap dirinya ahli mengangkat bahu dengan entengnya dan berkata,” Yah, kadang-kadang aku bisa melakukannya”. Hasilnya, orang awam akan salah paham dan benar-benar terpengaruh tentang seni karate. Mereka akan penasaran antara takut dan takjub, mungkinkah si ahli telah mendapatkan kekuatan diluar batas manusia biasa.
Kenyataannya para antusias karate yang begitu berlebihan dan benar-benar menyesatkan tentang seni bela diri ini adalah orang yang pandai bicara, cukup benar, dan dia akan benar-benar berhasil memberi takjub pendengarnya dan meyakinkan mereka bahwa karate adalah sesuatu yang menakutkan. Namun apa yang dikatakannya adalah benar-benar keliru, dan lebih jauh dia mengetahuinya. Sebagaimana mengapa dia melakukannya – terdengar menarik.
Barangkali, jauh dimasa lampau, ada seorang ahli karate yang mampu melakukan aksi menakjubkan seperti itu. Tentang hal itu aku tidak mampu membuktikan, namun aku dapat meyakinkan para pembaca sejauh pengetahuanku. Tidak ada manusia yang pernah hidup dimana, sekalipun dia mungkin saja telah berlatih dan terlatih, mampu melampaui kekuatan manusia secara alami.
Ada juga ahli yang selalu mengatakan,”Dalam karate,” mereka berkata, “Sebuah pegangan yang kuat adalah penting. Untuk mencapainya seseorang harus berlatih selama berjam-jam. Cara terbaiknya adalah menggunakan ujung-ujung jari dan kedua tangan, untuk mengangkat dua ember timba yang berat, lebih baik jika berisi penuh dengan sesuatu seperti pasir, dan mengayunkan memutar berulangkali. Seseorang yang yang telah memperkuat pegangannya sekuat mungkin dengan cara ini mampu menarik daging lawan keluar dengan mudah dari tulangnya”.
Benar-benar omong kosong! Suatu hari orang seperti ini datang ke dojoku dan menawarkan untuk mengajariku bagaimana menarik daging keluar dari tulangnya. Aku memohon padanya untuk menunjukkannya padaku, akan tetapi meledaklah tawaku ketika dia setidaknya berhasil mencubit sedikit kulitku bahkan tanpa meninggalkan bekas biru atau kehitaman.
Sekarang, sudah tidak diragukan lagi bahwa pegangan yang kuat adalah keuntungan besar bagi para praktisi karate. Aku ingat dengan seorang laki-laki yang sanggup memutari rumahnya di Okinawa dengan bergantung di sepanjang atap. Tidak bermaksud melebih-lebihkan, sejak orang-orang menyadari bagaimana bentuk rumah-rumah di Okinawa.
Aku telah melihat sendiri bagaimana Master Itosu meremukkan batang bambu tebal dengan tangan kosongnya. Ini mungkin saja tampak sebagai atraksi yang luar biasa, tapi adalah keyakinanku jika pegangannya yang luar biasa kuat adalah anugerah yang sudah alami, tidak hanya diperoleh lewat latihan, untuk memperoleh kekuatan yang luar biasa, dia hanya dapat sekuat itu dan tidak akan lebih jauh lagi. Ada batas kekuatan fisik manusia yang tidak seorangpun mampu melampauinya.
Sementara benar bahwa ada seorang ahli karate yang mempunyai tenaga untuk memecahkan sebuah papan yang tebal, atau beberapa lapis genteng dengan sekali serangan tangannya, Aku menjamin pada para pembacaku bahwa setiap orang mampu melakukan hal yang sama setelah melalui latihan yang cukup. Tidak ada yang luar biasa dari hal semacam itu.
Sesuatu yang juga tidak menunjukkan dari semangat karate sejati ; adalah sekedar demonstrasi dari kekuatan seseorang yang didapat melalui berlatih. Tidak ada yang misterius tentang itu. Sering aku ditanya oleh orang-orang yang tidak tahu dengan karate, apakah peringkat yang didapat orang yang berlatih bergantung dari jumlah genteng atau papan yang berhasil dihancurkannya dalam sekali serangan tangannya. Tentu saja, dalam hal ini tidak ada hubungan antara keduanya. Sejak karate sebagai salah satu seni bela diri yang telah diperbaiki.
Beberapa orang yang berlatih karate yang bermulut besar tentang berapa banyak papan atau genteng yang bisa dipecahkannya dengan tangan kosong, atau menyatakan mampu menarik daging dari tulangnya atau menarik tulang dari tubuh, adalah orang yang tahu sedikit saja tentang apakah karate itu sesungguhnya (Indoshotokan).
Artikel ini diterjemahkan dari buku Gichin Funakoshi berjudul "Karate-do Nyumon" pada bagian Karate Power. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.
“Umumnya rasa sakit akan menghilang. Kemudian kacang didalam bejana harus diganti dengan pasir. Untuk pasir tentu saja lebih keras dan jari-jari akan menghadapi tantangan yang lebih keras. Meski begitu, sejalan dengan proses latihan, jari-jari biasanya menembus pasir dan mencapai dasar bejana. Setelah berlatih dengan pasir, latihan dilanjutkan dengan batu kerikil. Sampai disini setelah latihan yang lama barulah keberhasilan dicapai. Akhirnya berlatih dengan butir logam. Pada akhirnya dengan latihan yang lama dan keras, jari-jari akan menjadi cukup kuat tidak hanya untuk menghancurkan papan kayu yang tebal namun juga menghancurkan sebuah batu keras atau meremukkan tubuh seekor kuda.”.
Tidak diragukan lagi kebanyakan dari mereka mendengar akan hal ini menjadi percaya begitu saja. Banyak dari mereka yang berlatih karate masih saja memilih, untuk satu atau alasan yang lain, percaya pada mitos semacam itu. Sebagai contoh, seseorang yang tidak begitu paham dengan seni karate berkata pada seorang yang mahir,” aku tahu kau berlatih karate. Tunjukkan padaku, apakah kau benar-benar bisa menghancurkan sebuah batu besar dengan jari-jarimu? Bisakah kau benar-benar melubangi perut orang dengan tanganmu ?”
Haruskah sang ahli menjawab apakah salah satu atau kedua-duanya dari aksi itu benar-benar mungkin. Dia akan mengatakan tidak lebih dari kebenaran yang sesungguhnya. Namun ada beberapa ahli atau orang yang menganggap dirinya ahli mengangkat bahu dengan entengnya dan berkata,” Yah, kadang-kadang aku bisa melakukannya”. Hasilnya, orang awam akan salah paham dan benar-benar terpengaruh tentang seni karate. Mereka akan penasaran antara takut dan takjub, mungkinkah si ahli telah mendapatkan kekuatan diluar batas manusia biasa.
Kenyataannya para antusias karate yang begitu berlebihan dan benar-benar menyesatkan tentang seni bela diri ini adalah orang yang pandai bicara, cukup benar, dan dia akan benar-benar berhasil memberi takjub pendengarnya dan meyakinkan mereka bahwa karate adalah sesuatu yang menakutkan. Namun apa yang dikatakannya adalah benar-benar keliru, dan lebih jauh dia mengetahuinya. Sebagaimana mengapa dia melakukannya – terdengar menarik.
Barangkali, jauh dimasa lampau, ada seorang ahli karate yang mampu melakukan aksi menakjubkan seperti itu. Tentang hal itu aku tidak mampu membuktikan, namun aku dapat meyakinkan para pembaca sejauh pengetahuanku. Tidak ada manusia yang pernah hidup dimana, sekalipun dia mungkin saja telah berlatih dan terlatih, mampu melampaui kekuatan manusia secara alami.
Ada juga ahli yang selalu mengatakan,”Dalam karate,” mereka berkata, “Sebuah pegangan yang kuat adalah penting. Untuk mencapainya seseorang harus berlatih selama berjam-jam. Cara terbaiknya adalah menggunakan ujung-ujung jari dan kedua tangan, untuk mengangkat dua ember timba yang berat, lebih baik jika berisi penuh dengan sesuatu seperti pasir, dan mengayunkan memutar berulangkali. Seseorang yang yang telah memperkuat pegangannya sekuat mungkin dengan cara ini mampu menarik daging lawan keluar dengan mudah dari tulangnya”.
Benar-benar omong kosong! Suatu hari orang seperti ini datang ke dojoku dan menawarkan untuk mengajariku bagaimana menarik daging keluar dari tulangnya. Aku memohon padanya untuk menunjukkannya padaku, akan tetapi meledaklah tawaku ketika dia setidaknya berhasil mencubit sedikit kulitku bahkan tanpa meninggalkan bekas biru atau kehitaman.
Sekarang, sudah tidak diragukan lagi bahwa pegangan yang kuat adalah keuntungan besar bagi para praktisi karate. Aku ingat dengan seorang laki-laki yang sanggup memutari rumahnya di Okinawa dengan bergantung di sepanjang atap. Tidak bermaksud melebih-lebihkan, sejak orang-orang menyadari bagaimana bentuk rumah-rumah di Okinawa.
Aku telah melihat sendiri bagaimana Master Itosu meremukkan batang bambu tebal dengan tangan kosongnya. Ini mungkin saja tampak sebagai atraksi yang luar biasa, tapi adalah keyakinanku jika pegangannya yang luar biasa kuat adalah anugerah yang sudah alami, tidak hanya diperoleh lewat latihan, untuk memperoleh kekuatan yang luar biasa, dia hanya dapat sekuat itu dan tidak akan lebih jauh lagi. Ada batas kekuatan fisik manusia yang tidak seorangpun mampu melampauinya.
Sementara benar bahwa ada seorang ahli karate yang mempunyai tenaga untuk memecahkan sebuah papan yang tebal, atau beberapa lapis genteng dengan sekali serangan tangannya, Aku menjamin pada para pembacaku bahwa setiap orang mampu melakukan hal yang sama setelah melalui latihan yang cukup. Tidak ada yang luar biasa dari hal semacam itu.
Sesuatu yang juga tidak menunjukkan dari semangat karate sejati ; adalah sekedar demonstrasi dari kekuatan seseorang yang didapat melalui berlatih. Tidak ada yang misterius tentang itu. Sering aku ditanya oleh orang-orang yang tidak tahu dengan karate, apakah peringkat yang didapat orang yang berlatih bergantung dari jumlah genteng atau papan yang berhasil dihancurkannya dalam sekali serangan tangannya. Tentu saja, dalam hal ini tidak ada hubungan antara keduanya. Sejak karate sebagai salah satu seni bela diri yang telah diperbaiki.
Beberapa orang yang berlatih karate yang bermulut besar tentang berapa banyak papan atau genteng yang bisa dipecahkannya dengan tangan kosong, atau menyatakan mampu menarik daging dari tulangnya atau menarik tulang dari tubuh, adalah orang yang tahu sedikit saja tentang apakah karate itu sesungguhnya (Indoshotokan).
Artikel ini diterjemahkan dari buku Gichin Funakoshi berjudul "Karate-do Nyumon" pada bagian Karate Power. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.