KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SHOTOKAN ATAU SHOTOKAI? (2)

Dalam Shotokai berprinsip bahwa karate adalah seni dari sopan santun sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa karate dimulai dan diakhiri dengan memberi hormat. Dengan berlatih karate seorang praktisi Shotokai dapat membangkitkan keberanian, mencapai semangat Budo dan mencapai kedisplinan diri dan juga watak kebajikan.

Seperti halnya aliran karate lainnya, Shotokai juga melatih tiga materi utama dalam karate yaitu kihon, kumite dan kata. Kata dalam Shotokai dapat dilatih oleh praktisinya dari berbagai usia baik laki-laki atau perempuan, dan tentu saja anak-anak. Walaupun nama Shotokai hampir mirip dengan Shotokan, kata yang dilatih dalam Shotokai sedikit berbeda dengan milik Shotokan. Ada 19 kata yang dilatih dalam Shotokai, yaitu :

Taikyoku Shodan, Nidan, Sandan
Heian Shodan, Nidan, Sandan, Yondan, Godan
Bassai
Kanku
Enpi
Gankaku
Jutte
Hangetsu
Jion
Tekki Shodan, Nidan, Sandan
Ten-no-kata

Taikyoku adalah kata yang sangat mirip dengan Kata Heian. Menurut legenda kata ini Gichin Funakoshi yang mengajarkan pertama kali. Kata Taikyoku diajarkan untuk pengenalan pemula pada karate. Teknik – tekniknya juga lebih sederhana daripada kelima Kata Heian. Jika ingin melihat bagaimana bentuk kata Taikyoku ini - sejak Shotokai kurang begitu populer di tanah air - kurang lebihnya Anda dapat melihat di Kyokushinkai. Karena Masutatsu Oyama yang merupakan pendiri Kyokushinkai sebelum mendirikan alirannya sendiri juga pernah belajar pada Gichin Funakoshi.

Ten-no-kata menurut cerita – cerita sebelumnya adalah kata yang diajarkan oleh Yoshitaka Funakoshi (anak Funakoshi), namun ada juga yang menyatakan Gichin Funakoshi yang mengajarkan kata ini pertama kali. Ten-no-kata terdiri dari dua versi, Ten-no-kata Omote yang berupa metode latihan kumite tanpa pasangan. Ten-no-kata Omote terdiri dari gerakan tangkisan bawah ditambah serangan, tangkisan tengah ditambah serangan dan tangkisan atas ditambah serangan.

Versi kedua dari Ten-no-kata adalah Ten-no-kata Ura. Pada versi kedua Ten-no-kata ini adalah metode latihan yang dilakukan dengan berpasangan. Terdiri dari enam gerakan pada sasaran tengah dan atas, dimana satu orang menyerang dan lawannya akan menangkis dengan bergerak maju dan mundur secara bergantian. Baik Ten-no-kata Omote dan Ura adalah latihan awal untuk kumite.

Dalam Shotokai seorang praktisi kata belajar tiga elemen penting dalam karate ; aplikasi kuat dan lemah dalam kekuatan, cepat dan lambat gerakan, peregangan dan pengerutan otot-otot tubuh. Selain itu praktisi karate Shotokai juga belajar irama, ketepatan waktu, jarak, pernapasan dan aliran tenaga yang menjadi esensi dari karate. 

Memahami makna setiap teknik dalam hal ini tujuan dan aplikasi kata Shotokai sama dengan aliran lain. Yang membedakan dalam Shotokai gerakan terlihat lebih natural mengalir alami. Cukup dimaklumi sejak hal ini dipengaruhi filosofi Shotokai yang melakukan gerakan harus rileks dan menjauhi gerakan yang cenderung kasar.

Bagaimana dengan kumitenya ? Sebelum masuk tahap kumite, praktisi Shotokai wajib belajar Ten no kata (Omote dan Ura) yang berisi rangkaian teknik-teknik kihon yang sudah ditentukan. Dalam Shotokai, seorang karateka tidak akan bisa masuk tahap Jiyu Kumite (kumite dengan teknik yang bebas / tidak ditentukan lagi) kecuali telah berlatih minimal setahun (intensif).
Alasan dibalik ini kumite sangat berbahaya jika dilancarkan oleh murid pemula atau tingkat lanjut yang belum bisa mengontrol tekniknya dengan baik, sehingga resiko cedera juga semakin meningkat. Bahkan Shigeru Egami melarang keras seorang praktisi Shotokai melakukan jiyu kumite kecuali sudah mencapai tingkatan minimal sabuk hitam sandan.

Sedangkan untuk peringkat sabuknya, saat ini Shotokai di Jepang membedakan untuk kelas anak-anak dan dewasa. Kelas anak-anak akan dimulai dari usia minimal sebelum masuk sekolah dasar sampai dengan sekolah mengah pertama. Peringkat sabuk untuk kelas anak-anak dimulai dari kyu 18 – 16 dengan sabuk berwarna putih sampai dengan tingkat shodan dengan sabuk hitam bergaris putih. Sedangkan untuk kelas dewasa dimulai dari usia minimal setingkat SMU sampai yang lebih tua. Peringkat sabuk untuk kelas dewasa dimulai dari kyu 8 – 7 dengan sabuk putih hingga maksimal tingkat yang dapat dicapai adalah godan (dan V sabuk hitam).

Saat ini Shotokai di Jepang mengadakan ujian kenaikan tingkat dua kali setahun, sekitar bulan Juni dan November. Tidak seperti aliran karate lain yang memungkinkan praktisinya mencapai tingkat judan (dan sepuluh sabuk hitam) sebagai peringkat yang paling tinggi, di Shotokai praktisinya akan mencapai tingkat maksimal hanya sampai godan. Praktisi Shotokai yang telah memegang sabuk hitam godan akan menyandang gelar Shihan sebagaimana Gichin Funakoshi telah menentukan.

Mengapa bisa berbeda ? hal ini karena pada awal Funakoshi datang ke Jepang sekitar tahun 1932 karate tidak mengenal sistem peringkat seperti yang terlihat saat ini. Funakoshi melakukan standarisasi peringkat sabuk (kyu sampai dan) diinspirasi oleh Judo dan juga sebagai bentuk modernisasi karate. Saat itu Funakoshi memberikan sabuk hitam pada murid-muridnya yang lebih senior. Dalam pandangan Shotokai sabuk hitam adalah awal yang sesungguhnya dari seorang praktisi karate dalam berlatih seni bela diri ini. (Indoshotokan)