KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH ITOSU (3)

DUEL MELAWAN TOMOYOSE
 

Keberhasilan Itosu mengalahkan banteng liar menjadi pembicaraan hangat di seantero negeri. Itosu yang sebelumnya tidak terkenal kini dibandingkan dengan jawara wilayah lain. Sejak berakhirnya penjajahan samurai Satsuma persaingan tode antara tiga wilayah besar di Okinawa kian mengemuka. Ini karena penduduk tidak menemukan musuh bersama lagi. Sehingga rumor adanya jagoan yang kuat biasanya akan cepat tersebar. Saat itu duel antar pendekar hanya untuk membuktikan siapa yang terkuat sudah menjadi hal yang lazim.

Dibanding dua wilayah lainnya, nama jagoan dari Naha lebih berkibar karena sering menjadi pemenang. Akibatnya orang-orang memandang miring pada jagoan Shuri dan Tomari. Dari sekian banyak juara dari Naha, nama Tomoyose sering diunggulkan. Kabarnya Tomoyose tidak hanya piawai bela diri tapi juga berbadan besar dan bertenaga kuat. Tapi tabiatnya yang buruk akibat mabuk kemenangan membuatnya menjadi sombong.

Nama besar Tomoyose akhirnya sampai juga ke telinga Itosu. Bukan kemampuannya yang menarik perhatian Itosu karena Itosu sendiri sebetulnya tidak suka mencari keributan. Mendengar Shuri-te sering diremehkan dan hanya dianggap tarian membuat Itosu tidak begitu senang. Mengetahui Tomoyose sebagai yang terbaik, Itosu lalu mengajukan sebuah tantangan resmi. Konon sebelum melayangkan surat tantangan Itosu sempat meminta ijin pada Matsumura. Sang guru menyetujui dengan alasan duel itu semata-mata hanya untuk menguji kemampuan dan tidak lebih. Kelanjutannya bisa ditebak, Tomoyose setuju dan menerima tantangan Itosu.

Di hari pertarungan yang sudah disepakati para penonton terlihat sangat ramai memadati pinggir panggung. Mereka sangat antusias melihat idola mereka akan merobohkan jagoan Shuri sekali lagi. Sebagai penantang, Itosu datang lebih awal ke arena duel. Karena sang jawara belum datang, ada tiga orang yang penasaran ingin mencoba kebolehan Itosu. Mereka tampaknya bisa bela diri tapi tidak tahu siapa yang ditantangnya itu.

Itosu tampaknya tidak keberatan dengan tantangan mereka dan mempersilakan ketiganya maju sekaligus. Hanya dalam beberapa jurus saja Itosu sudah membuat ketiga lawannya tersungkur. Penonton sepertinya tidak begitu antusias dengan duel pemanasan itu. Mereka hanya menganggap kemenangan Itosu sebagai kebetulan saja. Mengetahui hal itu Itosu kemudian berteriak pada penonton, “Apa-apan ini! Kukira di Naha ada petarung yang terbaik? Ternyata tak ada seorangpun disini yang layak!”  

“Kau bahkan belum bertarung melawanku!” Tiba-tiba sebuah suara keras bergema dari salah satu sudut arena. Ternyata dia adalah Tomoyose, sang jawara yang sedari tadi memperhatikan pertarungan Itosu. Melihat bintang idola mereka sudah muncul, para penonton bersorak lebih meriah. Mereka segera sibuk memasang taruhan untuk kemenangan Tomoyose dan kekalahan Itosu. Melihat orang-orang tidak mendukungnya tidak membuat nyali Itosu menjadi ciut. Dia lebih berkonsentrasi melihat lawan yang baru dilihatnya pertama kali itu. 

Apa yang menjadi buah bibir masyarakat Okinawa selama ini ternyata bukan isapan jempol. Postur Tomoyose memang tinggi besar dan sepertinya begitu pula tenaganya. Karena fisik lawan lebih unggul, Itosu sadar ini akan menjadi pertarungan yang sangat berbahaya. Itosu berpikir keras mencari cara untuk menyelesaikan pertarungan secepatnya. Dia tidak boleh kalah karena nama baik daerahnya juga ikut dipertaruhkan. Sebaliknya, Tomoyose tampaknya kian percaya diri melihat lawan lebih kecil darinya. Dengan dukungan penuh dari penonton, Tomoyose yakin akan meremukkan Itosu dalam beberapa gerakan saja.   

Begitu kedua petarung memasuki panggung, tidak berapa lama duelpun segera dimulai. Sebuah pukulan keras tiba-tiba mengarah deras ke tubuh Itosu. Sepertinya Tomoyose tidak ingin berbasa-basi untuk menghabisi penantangnya. Beruntung Itosu lebih sigap dan bisa menghindarinya. Orang biasa mungkin sudah cedera parah jika terkena langsung. Mengetahui kekuatan lawan yang hebat, Itosu berpikir tidak ada gunanya mengadu tenaga. Dengan sabar Itosu mengelak kesana kemari sambil sesekali menangkis. Dia berusaha mencari titik lemah lawannya dan menunggu kesempatan untuk menyerang balik. (Bersambung – Indoshotokan).