KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH AZATO (3)

SANG POLITIKUS PEMBAWA PERUBAHAN

Sebagai salah satu ahli bela diri terbaik di Okinawa, Azato ternyata juga seorang politikus handal. Ilmu politik dipelajari Azato karena kedekatannya dengan politikus ternama yaitu Seiei Ishado. Perkenalan dengan Ishado juga membuka jalan Azato untuk lebih dekat dengan para pejabat pemerintahan. Karena dasarnya memang orang yang cerdas, Azato cepat belajar. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menjadi politikus yang sejajar dengan Ishado. Ini adalah hal yang cukup langka karena saat itu sangat jarang seorang ahli bela diri yang masuk ke dunia politik.

Dalam karir politiknya Azato banyak memberi masukan pada pemerintah Okinawa. Saat Jepang berada dalam masa restorasi, Pemerintah Meiji banyak membangun jalan kereta api sebagai upaya modernisasi. Rel kereta api juga dipandang sebagai sebuah kebanggaan bagi pemerintahan saat itu karena mensejajarkan Jepang dengan negara barat. Funakoshi ingat Azato berkata padanya jika jalan lintas kereta api Siberia selesai dikerjakan, maka perang Rusia dan Jepang tidak bisa dihindari. Benar saja, tahun 1904 – 1905 perang besar antara dua negara itu terjadi dan dimenangkan oleh Jepang. Apa yang dikatakan Azato itu tidak berlebihan karena hanya berdasarkan ketajaman ilmu politiknya.

Restorasi Meiji yang disuarakan pemerintah Jepang di tahun 1868 membawa perubahan baru dalam masyarakat karena mengadopsi budaya barat. Sebagai langkah awal modernisasi budaya masa lalu yang dianggap kuno mulai dihapuskan. Akibatnya terjadilah kehebohan luar biasa baik di Jepang daratan maupun Okinawa. Salah satu kontroversi yang terkenal dalam sejarah adalah dihapuskannya “chonmage”. Model rambut ikat untuk laki-laki yang populer di jaman Edo itu menunjukkan kelas seseorang dan biasanya berhubungan dengan samurai.

Begitu dahsyatnya kontroversi dihapusnya chonmage hingga membuat masyarakat Okinawa terpecah menjadi dua golongan. Kelompok pertama yang mewakili para penentang mayoritas berasal dari golongan Shizoku yang sekelas bangsawan atau pejabat. Karena mereka mempunyai hak khusus yang menguntungkan, sudah jelas mereka menolak penghapusan. Jika aturan baru diberlakukan, mereka akan sama statusnya dengan rakyat biasa dan kehilangan hak khusus. Kelompok kedua adalah Kaika-to (berarti pencerahan) yang didukung golongan Heimin yang mayoritas berasal dari rakyat biasa. Kelompok ini mendukung aturan baru dan mendesak Menteri Pendidikan Jepang untuk menghapus chonmage selamanya.

Menteri Pendidikan berusaha menangani konflik itu namun tidak berhasil. Ternyata sangat sulit mengatasi masalah yang berhubungan dengan tradisi yang sudah berakar kuat. Dalam perkembangan selanjutnya konflik itu berimbas pada keadaan sosial masyarakat. Saat itu orang bisa ditolak bekerja di kantor pemerintah jika diketahui masih mempertahankan chonmage. Yang paling dirugikan adalah anak-anak Okinawa yang dilarang masuk ke sekolah dasar hanya karena chonmage.

Melihat situasi yang kian panas, Raja Okinawa meminta bantuan Azato dan Ishado. Mereka berperan sebagai penasihat politik raja yang membahas imbas dari kebijakan Restorasi Meiji. Azato ditunjuk sebagai penasihat karena peran pentingnya di Kodokai (sekarang menjadi lembaga parlemen). Salah satu keputusan Kodokai adalah mereka mendukung penghapusan chonmage. Tanpa peran Azato mustahil Kodokai mengeluarkan kebijakan yang seberani itu. Tidak hanya itu, jiwa pembaharu Azato diperlihatkan dengan keberaniannya memotong chonmage miliknya sendiri.

Tidak hanya masyarakat Okinawa, rekan politik Azato juga tak kalah kaget melihatnya. Seakan tidak mungkin melihat Azato sebagai golongan Shizoku berbuat senekad itu. Sebaliknya, meski sadar statusnya akan sama seperti orang biasa, Azato tampak tidak begitu mempersoalkannya. Bagi Azato perubahan pada kemajuan lebih penting ketimbang mempertahankan beberapa helai rambut. Lebih jauh Azato ingin menunjukkan bahwa sebuah negara rakyatnya tidak akan berubah manakala pemimpinnya tidak memberi contoh yang baik. Itulah sebabnya Azato memotong chonmage-nya berharap agar diikuti bangsawan Okinawa lainnya. Berkat aksinya yang pro rakyat itu membuat Azato dianggap sebagai figur pahlawan. (Bersambung – Indoshotokan)