KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

REVIEW J-MOVIE: SHINGEKI NO KYOJIN: ATTACK ON TITAN

Lebih dari 100 tahun yang lalu sebelum kisah dalam filmnya dimulai, raksasa berbentuk manusia yang disebut Titan (Jepang: Kyojin) tiba-tiba muncul entah dari mana. Mereka nyaris menghancurkan peradaban dan memangsa manusia tanpa alasan yang jelas. Demi mencegah agar tragedi itu tidak terulang lagi, manusia yang tersisa kemudian membangun tembok raksasa yang tinggi menjulang demi melindungi keturunan mereka. Umat manusia hidup dalam damai 100 tahun kemudian dan banyak anak tumbuh dewasa tanpa pernah mengetahui kemunculan Titan. Akan tetapi, tidak ada seorangpun yang bisa menjamin tembok puluhan meter itu akan berdiri kokoh selamanya.

Kisah dalam film dimulai dengan Armin Arlert (diperankan Kanata Hongo), seorang remaja yang dikirim ke district Monzen untuk mencari teman masa kecilnya, Eren Yeager (diperankan Haruma Miura), yang baru diberhentikan dari pekerjaannya. Bersama dengan Armin adalah Mikasa Ackerman (diperankan Kiko Mizuhara), adik angkat angkat Eren. Saat berhasil menemukannya, Eren mengatakan niatnya untuk pergi keluar tembok demi melihat “dunia luar”. Apalagi setelah mengetahui bahwa laut memang benar-benar ada. Ketiga remaja itu kemudian sepakat untuk menyelinap lewat tembok penjagaan yang ketat. Mereka tertangkap dan oleh penjaga dituduh sebagai pemberontak, tapi untunglah ada Paman Souda, kapten pasukan pengintai yang bertugas disana yang membebaskan mereka.


Tidak berapa lama kemudian bumi tiba-tiba bergetar. Dari luar tembok muncul Titan raksasa yang menghancurkan tembok dan membuat sebuah lubang besar yang menjadi jalan masuk segerombolan Titan lainnya. Dalam kepanikan para penjaga berusaha menghancurkan salah satu Titan dengan meriam. Tapi upaya mereka gagal karena tubuh Titan yang hancur bisa pulih kembali dengan cepat. Para Titan mulai memangsa manusia yang mereka lihat. Situasi yang kacau balau memaksa Eren, Armir dan Mikasa menyelamatkan diri ke pusat distrik. Di tengah pelarian mereka terpisah karena Eren berusaha menolong bayi yang akan diinjak oleh Titan. Tapi bayi itu lepas dari tangan Eren dan Mikasa menyeruak untuk menyelamatkannya.

Eren berhasil masuk ke sebuah gereja bersama dengan ibu dan orang-orang lainnya. Eren ingin kembali menyelamatkan Mikasa di luar, tapi pintu gereja telah terkunci dan dari dalam dia hanya bisa melihat Mikasa dan bayi itu akan dimangsa oleh Titan di belakangnya. Eren berhasil keluar dari gereja tepat sesaat sebelum gerombolan Titan merusak atap gereja dan memakan orang-orang didalamnya. Mengetahui ibunya dimakan Titan dan mengira Mikasa sudah tewas, Eren hanya bisa berjalan lemas di sepanjang pusat distrik yang hancur.

Dua tahun kemudian Eren dan Armin kembali bertemu. Mereka kini bergabung dalam resimen pengintai dan mendapatkan teman-teman baru. Manusia juga telah menemukan cara untuk membunuh Titan yaitu dengan menebas bagian tengkuk sebagai satu-satunya kelemahan. Dalam sebuah misi Eren dan pasukan lainnya masuk ke sebuah distrik yang telah sepi. Di suatu malam mereka mendengar suara tangisan bayi. Ternyata tangisan itu berasal dari bayi Titan yang memancing kedatangan gerombolan Titan lainnya. Eren dan teman-temannya terdesak tapi diselamatkan oleh Mikasa dan Kapten Shikishima. Bertemu kembali dengan adik angkatnya tidak lantas membuat Eren merasa bahagia. Mikasa berubah dari yang dulu ceria menjadi seorang pemburu Titan yang berdarah dingin. Yang membuat kecewa lagi, Mikasa dan Kapten Shikishima terlihat saling menyukai.


Shingeki no Kyojin adalah versi live action dari serial manga populer berjudul sama karya Hajime Sayama. Film ini adalah bagian pertama dari dua film yang digarap oleh sutradara Shinji Higuchi yang juga tengah mengerjakan Godzila Reboot (2016). Bersetting di dunia post apocalytic dengan genre drama horror action, Shingeki no Kyojin mengambil konsep “bagaimana jika manusia bukan berada di puncak rantai makanan”. Raksasa sebagai musuh umat manusia terinspirasi dari film horror tradisional Jepang. Mereka tidak berpakaian alias telanjang dengan raut muka yang aneh, tapi masih mirip dengan manusia normal. Di Jepang sendiri serial manga dan animenya masih berlanjut dan darimana asal para Titan itu masih belum terjawab alias misterius.

Film berdurasi 98 menit ini sebenarnya cukup lumayan. Nilai minus barangkali terletak pada hubungan antar karakter yang tidak tersampaikan dengan baik pada penonton. Dari mana ketiga tokoh utama kita berasal dan tidak pernah diceritakan. Ini karena ketika tampil mereka sudah bukan anak-anak lagi. Wajar jika para penggemar serial ini lantas menilai versi live action ini terkesan terburu-buru dan tidak bisa mengimbangi versi manganya. Hal ini mirip dengan live action trilogi Rurouni Kenshin yang alurnya juga terkesan cepat. Beberapa tokoh kunci juga tidak diceritakan disini. Sebut saja Levi Ackerman yang disebut sebagai prajurit terkuat. Tokoh Mikasa Ackerman juga terlihat kalem dan feminim. Jauh dari versi manga dimana dia pendiam dan selalu melindungi Eren ketika masih anak-anak.


Dibandingkan dengan tokoh utamanya, akting para Titan justru patut diacungi jempol. Soal efek visual dan grafis sineas Jepang memang ahlinya. Para raksasa itu kebanyakan adalah aktor amatir yang diberi make up dan aksinya digabung dengan animasi CG. Hasilnya adalah penonton berhasil dibuat ngeri dengan aksi para monster yang di filmnya begitu bernafsu memangsa manusia. Sebelum syuting dimulai sempat diadakan audisi bagi pemeran Titan. Lucunya, walaupun sebagai Titan tidak perlu menghafalkan naskah, banyak juga pendaftar yang tidak lulus audisi.Pencahayaan yang pas juga tidak boleh dilupakan. Hampir di sepanjang film suasananya terlihat gelap dan suram yang menambah atmosfer mencekam.

Di Jepang live action Shingeki no Kyojin ini dirilis di teater tanggal 9 Agustus 2015 lalu. Dalam waktu seminggu sudah berhasil memuncaki box office dengan meraup untung 5,1 juta dolar. Sekuelnya yang berjudul Shingeki no Kyojin: End of the World dirilis tanggal 19 September 2015. Bagi sobat Indoshotokan penggemar genre horror alternatif, dua film ini bisa menjadi pilihan tepat. (Indoshotokan)