KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

LEDAKAN KUNGFU BA JI (2)

Setelah Wu Zhong ada beberapa generasi pendekar Ba Ji yang juga ternama. Namun sejarah kungfu Ba Ji tidak akan melupakan nama Li Shu Wen (1864-1937) sebagai yang terbaik. Li Shu Wen yang dalam manga Kenji disebut dengan Lie Syo Bun, terkenal karena keahliannya yang luar biasa (atau lebih layak disebut menakutkan). Begitu hebatnya kungfu Ba Ji dan ilmu tombaknya hingga banyak yang menganggap Li Shu Wen sebagai reinkarnasi Wu Zhong.

Li Shu Wen lahir di desa Chang Sha dalam keluarga yang miskin. Karena kondisi itulah keluarganya menjual anak mereka pada kelompok opera Peking Wu Sheng yang mayoritas anggotanya adalah laki-laki. Orang tua Shu Wen berharap anak mereka akan mendapat hidup yang lebih baik. Kelompok ini menampilkan atraksi akrobat yang anggotanya mempunyai bela diri sebagai dasarnya. Namun demikian opera Cina agaknya bukanlah jalan hidup untuk Shu Wen. Akibat cedera dalam satu latihan, membuatnya terpaksa harus kembali pada keluarganya.

Namun Shu Wen yang malang masih beruntung karena berjumpa dengan Jin Dian Sheng dari desa Meng yang mahir ilmu pengobatan. Kebanyakan teori menyebutkan bahwa Jin Dian Sheng adalah penyebab mengapa Li Shu Wen kemudian belajar kungfu Ba Ji dan ilmu tombak. Li Shu Wen kemudian juga belajar dari Huang Si Hai yang terkenal karena berhasil menang saaat perang di sungai Qing hingga mendapat medali kehormatan.

Takdir Li Shu Wen memang berubah setelah dirinya belajar kungfu Ba Ji. Legenda mengatakan bahwa Shu Wen tidak segan-segan menantang pendekar Ba Ji dari keluarga lain hanya untuk mendapat jurus pamungkasnya. Bertarung dengan pendekar lain yang lebih hebat tentu saja beresiko kematian, namun Shu Wen tidak takut demi mendapatkan jurus andalannya. Kabarnya hal itu dilakukan setelah dirinya dihajar dan dipermalukan pendekar dari perguruan lain. Shu Wen lalu merasa kungfu Ba Ji miliknya tidak cukup ampuh dalam pertarungan.

Masa kanak-kanak yang menyakitkan ditambah kekalahan itu membuat harga dirinya terusik. Sejak itulah wataknya berubah menjadi dingin dan sedikit tertawa. Hal ini terus berlanjut hingga sepanjang hidupnya. Setiap hari dilewatinya dengan latihan kungfu Ba Ji dari pagi hingga malam. Teknik yang dilatih Shu Wen kebanyakan adalah gerakan dasar yang sederhana. Cara berlatihnya ini akan terus berlanjut di kemudian hari saat diajarkan pada murid-muridnya. Dengan keinginan dan usaha keras telah membuatnya maju pesat, sekaligus membentuk karakter dan kung fu Ba Ji miliknya sangat berbeda dengan yang lain.


Li Shu Wen. Dalam manga Kenji disebut dengan Lie Syo Bun. Ini adalah satu-satunya lukisan yang diakui yang menggambarkan sosoknya. Foto berasal dari Wikipedia.

Selain kung fu Baji, teknik tombaknya juga makin tajam dan terasah. Dengan menaburkan madu diatas kertas untuk menarik lalat, Shu Wen menusukkan tombaknya hanya satu serangan setiap ekor lalat setelah binatang itu berkerumun. Yang luar biasa serangan tombak Shu Wen berhasil membunuh semua lalat itu dengan sama sekali tidak meninggalkan bekas di kertas. Teknik itu menunjukkan kekuatan dan ketepatan serangan tombaknya sangat luar biasa. Karena itulah Shu Wen dijuluki “Li sang Dewa Tombak.”

Shu Wen kemudian mencoba ketangguhan ilmunya dengan menantang banyak pendekar terkemuka. Hasilnya mereka dikalahkan dengan mudah dengan teknik Ba Ji miliknya yang terkesan sederhana. Makin banyak yang menantang, makin terkenal pula nama Shu Wen hingga Jenderal pasukan Dong Bei bernama Xu Lan Shou menjadi muridnya. Sejak itu pula banyak prajurit dan komandan pasukan yang tertarik berguru padanya.

Karena dikenal banyak tokoh militer, nama Shu Wen didengar pula oleh Li Jing Lin yang saat itu mengawasi propinsi Hei Bei. Saat itu Li Jing Lin mengundang Shu Wen agar menjadi instruktur di Tian Jin. Namun Shu Wen ternyata bukanlah satu-satunya orang akan menjadi instruktur, karena Li Jing Lin juga mengundang dua ahli kungfu lainnya. Shu Wen kemudian mengatakan dengan terang-terangan pada Li Jing Lin bahwa kedua orang yang diundangnya tidak layak menjadi instruktur.

Suatu ketika Li Jing Lin mengadakan jamuan makan malam dengan mengundang banyak tamu terhormat termasuk Li Shu Wen. Setelah acara usai, Li Jing Lin mengijinkan tiga orang pendekar yang telah diundangnya membandingkan teknik masing-masing. Setelah memperagakan tekniknya, Shu Wen menyatakan di depan dua pesaingnya bahwa dirinya hanya akan menggunakan satu teknik saja untuk mengatasi kedua lawannya itu. Hal itu tentu saja tidak dapat diterima dua lawannya, apalagi teknik yang diperagakan Shu Wen sangat sederhana dan tidak tampak berbahaya.

Merasa diremehkan, salah satu dari pendekar itu segera menyerang Shu Wen. Serangan itu dengan mudah dielakkan oleh Shu Wen dan segera disusul sebuah serangan berupa telapak tangan ke arah wajah penyerangnya. Hasilnya sungguh mengerikan karena bukan hanya berhasil mematahkan tulang leher, namun serangan Shu Wen juga membuat bola mata lawannya sampai terlontar keluar. Lawannya tewas seketika.

Melihat rekannya tewas, pendekar kedua segera menyerang Shu Wen. Dengan tenang Shu Wen menggunakan teknik telapak yang sama ke kepala lawan. Melihat hal itu lawan segera menghindarkan kepalanya kesamping. Namun telapak Shu Wen masih berhasil mengenai bahu lawan dan berakibat tulang bahunya keluar dari persendian. Tidak hanya itu, serangan yang meleset itu juga mematahkan tulang selangka lawannya. Namun pendekar yang satu ini beruntung karena masih hidup meskipun cederanya sangat parah. Kisah ini adalah kisah nyata yang menggambarkan betapa seramnya kungfu Ba Ji aliran Li Shu Wen.

Li Jing Lin merasa sakit hati sekaligus marah karena Shu Wen membunuh dan mencederai pendekar yang telah diundangnya. Dendam dalam hati Li Jing Lin membuat hubungan keduanya memburuk. Merasa sangat kecewa, Shu Wen akhirnya kembali ke kampung halamannya di Cang beberapa tahun kemudian. (bersambung) (Indoshotokan)