KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

PETUNJUK BERLATIH KARATE-DO (1)

Sebelum memulai hal teknis dalam karate, aku ingin memberikan petunjuk yang umum pada para pembaca tentang bagaimana cara untuk berlatih sekaligus menjelaskan tentang sikap yang harus dimiliki seseorang dalam berlatih karate.

Pertama, karena karate adalah sebuah seni bela diri, kau harus berlatih dengan sangat serius sejak dari awal. Hal ini berarti lebih dari sekedar patuh atau jujur dalam berlatih. Dalam setiap langkah, dalam setiap gerakan tanganmu, Kau harus membayangkan diri sendiri sedang menghadapi lawan dengan sebuah pedang terhunus.

Setiap dan masing-masing pukulan harus dilancarkan dengan seluruh tenaga dari tubuhmu, dengan keinginan mengalahkan lawanmu dengan satu serangan. Kau harus yakin bahwa jika pukulanmu itu gagal, Kau akan kehilangan nyawa. Pikirkan hal ini, maka tenaga dan pikiranmu akan terkonsentrasi dan semangat akan mencapai maksimal. Tidak masalah berapa lama waktu yang kau curahkan untuk berlatih, tidak masalah berapa bulan dan tahun berlalu, jika latihanmu tidak lebih dari hanya menggerakkan tangan dan kaki,  maka kau tidak ubahnya seperti belajar menari. Kau tidak akan mengetahui makna sesungguhnya dari karate.

Kau akan menemukan bahwa sikap serius dalam berlatih tidak hanya akan menguntungkan latihan karate, namun juga juga aspek lain dalam hidup. Hidup itu sendiri sama seperti sebuah pertarungan melawan pedang yang tajam. Dengan sikap yang meremehkan – seperti asumsi bahwa setelah kegagalanmu pasti masih ada kesempatan kedua – apa yang bisa kau capai dalam hidup lima puluh tahun yang singkat ini?


Kedua, cobalah untuk melakukan persis seperti yang diajarkan tanpa mengeluh atau mengomel. Hanya merekalah yang tidak punya semangat dan niat yang hanya mengomel. Seringkali omelan konyol mereka terdengar menyedihkan. Sebagai contoh, ketika mengajari kuda-kuda belakang, aku menemukan orang-orang yang dengan mudahnya berkata tidak mampu belajar kuda-kuda itu, seberapa keraspun mereka mencoba.

Mereka bertanya kepadaku apa yang harus mereka lakukan – setelah berlatih kurang dari satu jam! Bahkan jika seseorang terus melakukan kuda-kuda belakang setiap hari, berdiri sampai kakinya menjadi sekeras batu karang, hal itu butuh enam bulan sampai dengan satu tahun untuk mempelajarinya. Sangat konyol mengatakan, “Sekeras apapun aku mencoba,”  tanpa mengeluarkan setetespun keringat. Seorang biksu Zen yang mendengar hal ini bisa jadi akan berteriak, memarahi dan memukuli orang itu dengan tongkatnya.

Gichin Funakoshi (paling kiri) dalam sebuah sesi latihan di salah satu dojo universitas di tahun 1930-an.

Kau tidak bisa berlatih hanya dengan bicara.. Kau harus belajar melalui tubuhmu. Bertahan dari rasa sakit dan penderitaan ketika kau berusaha untuk disiplin dan membentuk dirimu. Kau harus percaya jika orang lain mampu, maka begitu pula dengan dirimu. Tanyalah pada dirimu sendiri, “Apa yang menghentikanku? Apakah aku membuat kesalahan? Apa ada yang kurang dengan caraku?” Inilah cara berlatih seni bela diri.

Hal penting yang diajarkan orang lain pada kita mungkin saja akan cepat dilupakan.  Tapi esensi dari pengetahuan yang diperoleh dari kerja keras dan penderitaan tidak akan pernah dilupakan.  Aku percaya itulah sebabnya para ahli bela diri jaman dulu akan memberikan penghargaan dan membuka rahasia teknik hanya pada murid terpilih yang berlatih keras dan disiplin, yang akan mengarahkan mereka pada semangat budo yang sebenarnya.


Ketiga, ketika kau belajar teknik yang baru, pelajarilah dengan sepenuh hati hingga kau benar-benar memahaminya. Jangan berharap mengerti banyak hal sekaligus hingga berlatih susah payah. Karate mempunyai banyak teknik dan kata. Jangan terjebak pada pola pikir karena banyak yang harus dipelajari, maka kau harus mempelajari seluruhnya dengan cepat dengan cara yang biasa.  Akan sangat tidak mungkin bagi orang yang tidak berpengalaman untuk mengetahui arti dari kata atau teknik didalamnya, dan kemudian menyatukan seluruhnya dalam ingatan.
 
Bagi orang seperti ini, kata tidak akan berarti apa-apa kecuali deretan teknik yang kacau. Belajar tiap teknik dan gerakan terpisah, maka dia akan gagal melihat hubungan antara kata dengan kata, dan bagaimana kata menyatukan teknik dan gerakan. Belajar satu hal, melupakan yang lain, hasil akhir yang didapatnya adalah kebingungan saja.

Seorang murid yang pandai meski hanya satu teknik saja akan mampu melihat hubungan dalam teknik yang lain. Pukulan sasaran atas, pukulan sasaran bawah, pukulan depan dan pukulan kebelakang pada intinya semua sama. Melihat pada tiga puluh jenis kata, dia akan mengetahui jika semua intinya adalah variasi dari satu bentuk yang sederhana.  Jika kau benar-benar mengerti sebuah teknik, kau hanya perlu mengamati bentuknya dan membandingkannya dengan yang lain.  Kau akan bisa memahaminya dalam waktu yang singkat. (Bersambung - Indoshotokan)

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-do Nyumon” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dari Bab VII dengan judul aslinya “Training Precepts of Karate-do”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.