KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

RESENSI J-MOVIE: RUROUNI KENSHIN: KYOTO TAIKA-HEN

Mengikuti sukses versi live action pertamanya yang tayang 2012 lalu, sutradara Keishi Otomo kembali melanjutkan petualangan Kenshin Himura dalam sekuelnya yang berjudul Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno (Jepang: Rurouni Kenshin: Kyoto Taika-hen). Film ini tayang di Jepang awal Agustus 2014 dan menyusul Filipina sekitar dua minggu kemudian. Jika biasanya sebuah film sekuel akan jeblok di pasaran, tidak demikian halnya dengan Kyoto Inferno ini. Hanya dalam waktu beberapa hari saja sudah menduduki posisi teratas di box office Jepang. Film ini juga mendapat banyak pujian berkat sinematografi yang apik hingga memuaskan banyak fans dari serialnya.







SINOPSIS
 

“Yang kuat akan hidup dan yang lemah akan mati....”

Beberapa bulan sejak kedatangannya di dojo Kamiya Kasshin-ryu milik keluarga Kaoru, dan sesudah pertarungannya dengan  Jin-e Udo, masa-masa damai dinikmati oleh Kenshin dan teman-temannya. Namun ketenangan itu terusik setelah Kenshin dicari oleh Hajime Saitou, orang yang mengaku sebagai pegawai pemerintah.  Bersama-sama dengan Sanosuke Sagara, sahabatnya, Kenshin diantar ke rumah Perdana Menteri Toshimichi Okubo. Lewat pengakuan Okubo diketahui bahwa Jepang sedang dalam bahaya dan dalang dibalik semua itu adalah mantan pembunuh bernama Makoto Shishio. Demi mencegah kekacauan yang lebih besar,  Okubo meminta Kenshin pergi ke Kyoto untuk menghentikan Shishio.


Siapa sebenarnya Shishio Makoto? Di masa lalu dia adalah pembunuh bayaran yang bekerja untuk pejabat rezim Tokugawa yang korup. Demi menutupi bukti kejahatan mereka, para pejabat korup itu sepakat untuk menghabisi nyawa Shishio dengan jalan membakarnya hidup-hidup. Namun dugaan mereka keliru. Shisio yang disangka sudah mati ternyata lolos dari maut. Dengan seluruh tubuh berbalut perban yang menutupi luka bakarnya, Shisio bangkit dari kematian. Dendam kesumat karena merasa dikhianati, membuat Shisio ingin seluruh Jepang merasakan panasnya api yang membakar tubuhnya. Dan rencana mengambil alih Jepang itu dimulai dari membumihanguskan Kyoto yang merupakan ibu kotanya.

Ingat pada Kaoru yang mencintainya dan juga sahabat yang sudah seperti keluarga membuat Kenshin bimbang dengan tugas itu. Namun ketika salah satu anggota Juppongatana yaitu Seta Sojiro muncul membuat Kenshin harus merubah keputusannya. Juppongatana (Sepuluh Pedang) adalah pasukan elit yang dipimpin langsung oleh Shishio. Mereka adalah sekelompok petarung hebat yang konon terbaik di Jepang. Tugas mereka adalah mendukung rencana Shisio menggulingkan Pemerintahan Meiji.


Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Kenshinpun berangkat ke sarang para pemberontak di Kyoto. Di tengah perjalanannya, Kenshin berjumpa dengan banyak orang yang akan membantu misinya.  Diantaranya adalah Kashiwazaki Nenji  atau kakek Okina, mantan pemimpin Oniwabanshuu, yaitu kelompok ninja mata-mata di era Tokugawa.  Pensiun dari tugas spionase, kakek Okina membuka sebuah penginapan dan membesarkan seorang gadis bernama Makimachi Misao yang juga menjadi ninja. Ada juga Aoshi Shinomori, pemimpin baru dari Oniwabanshuu ini menaruh dendam pada Kenshin karena kematian teman-temannya. Namun begitu keahlian berpedangnya sangat berguna saat melawan Juppongatana.
   
Berjuang menyelamatkan Kyoto, dan di sisi lain harus menghadapi Makoto Shishio sebagai musuhnya yang terkuat, sanggupkah Kenshin bertahan pada sumpahnya untuk tidak membunuh lagi?   


SEKUEL YANG LAYAK DITONTON 

Poin yang membuat film ini berhasil adalah aktor dan aktrisnya yang mampu menghidupkan karakter dari animasinya dengan sangat baik. Takeru Sato misalnya, sangat pantas dengan perannya sebagai Kenshin Himura. Bukan hanya menampilkan fisik Kenshin dengan sempurna, Sato bisa menampilkan aura Battousai sang pembantai yang tangguh namun kadang konyol. Yosuke Iguchi pemeran Hajime Saitou tampil dingin tapi tangguh. Gayanya yang santai sambil menghisap sebatang rokok ketika membunuh musuh benar-benar mengintimidasi.

Adegan pertarungan juga dikoreografi dengan baik, dari yang awalnya mirip tarian meningkat pada duel intens yang memacu adrenalin. Gaya Kenshin yang cepat, lincah hingga gaya Hiten Mitsuruginya benar-benar memukau. Untuk urusan koreografi ditangani oleh Kenji Tanigaki yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan aktor laga Hongkong Donnie Yen. Begitu juga dengan soundtracknya yang terdengar mencekam tapi tidak menyeramkan. Penonton serasa dibawa pada situasi Kyoto yang tegang dan suram.


Menonton Kyoto Inferno seperti mengikuti episode animenya dengan maraton. Memang ada sedikit penyimpangan di versi layar lebar ini, tapi alur cerita tetap terjaga. Jangan mengira film akan berakhir disini karena di serial aslinya Chapter Kyoto ini cukup panjang. Dalam Kyoto Inferno walau Kenshin sempat bertarung dengan Makoto Shishio, namun fokus pertarungan sebenarnya adalah dengan pemimpin Juppongatana yaitu Seta Sojiro. Mengapa begitu? Ya, karena Kyoto Inferno ini adalah awal dari ending film berikutnya yang berjudul Rurouni Kenshin: The Legend Ends.

Singkatnya, Kyoto Inferno adalah film yang harus Anda tonton. Dengan alur cerita yang menegangkan, karakter yang pas, musik latar yang keren, film berdurasi 139 menit ini dijamin mampu mengobati kerinduan fans Rurouni Kenshin. Selamat menonton (Indoshotokan).