KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH ITOSU (5)

Sementara itu seorang sejarawan dan instruktur karate senior bernama Hiroshi Kinjo menjelaskan hal yang berbeda. Dalam artikelnya di majalah Gekkan Karate-do yang muncul tahun 1950-an Kinjo menulis jika Pinan aslinya bernama Channan, namun dengan sedikit perbedaan teknik. Diluar banyaknya teori yang berkembang, Kata Channan diyakini berhubungan dengan Pinan. Sayangnya Channan sudah sangat langka dan kemungkinan besar tidak ada lagi yang mengetahui bentuk aslinya.

Bagi masyarakat Okinawa selama ini tode terkenal sebagai teknik untuk membunuh orang saja. Jiwa pembaharu Itosu ingin menghapus pandangan buruk ini. Itosu juga ingin menunjukkan manfaat membangun kepribadian dan karakter didalamnya. Namun ini bukan perkara mudah karena pola pikir masyarakat sudah tertanam kuat dan terlanjur menganggapnya demikian.

Kesempatan bagi Itosu baru datang tahun 1892 saat pejabat pendidikan Jepang bernama Shintaro Ogawa datang ke Okinawa. Ogawa saat itu tengah hadir dalam pertemuan para kepala sekolah di Okinawa. Nama Itosu disebut dalam acara itu dan membuat Ogawa ingin melihat kebolehannya. Undanganpun dikirimkan, dan oleh Itosu ditanggapi dengan membawa beberapa murid terbaiknya untuk membawakan acara demonstrasi. Eksibisi itu berjalan singkat tapi sukses.

Itosu berhasil meyakinkan para pejabat akan manfaat lain dari tode. Sekembalinya ke Jepang Ogawa melaporkan hasil pertemuannya kepada Menteri Pendidikan Jepang. Ogawa juga mengajukan permohonan agar tode dimasukkan sebagai materi pelajaran bagi seluruh murid di sekolah Okinawa. Menteri Pendidikan menerima usulan itu dan sejak itulah tode menjadi bagian dari pelajaran pendidikan jasmani.

Tahun 1901 Itosu dipilih sebagai instruktur tode di sekolah umum di Shuri. Saat itu yang diperkenalkan adalah kelima Kata Pinnan. Bergantung dari sekolahnya materi tingkat lanjut beragam pilihannya, tapi biasanya setelah menyelesaikan kelima kata dasar itu para murid akan belajar Passai atau Wanshu. Tahun 1905 Itosu diberi kepercayaan sebagai instruktur Sekolah Menengah Dai Ichi. Kali ini dia tidak sendiri karena dibantu beberapa murid terbaiknya.


TANGGUH DI MASA TUA

Walaupun usianya sudah lebih dari 70 tahun, Itosu masih menjabat sebagai Kepala Instruktur Tode di Okinawa. Pernah suatu ketika ada seorang kepala polisi dari Kagoshima ingin menggantikan posisinya. Pria yang sayangnya tidak diketahui namanya itu sangat percaya diri dengan kemampuan judonya. Konon dalam deretan murid Jigoro Kano (Bapak Judo Jepang) dia termasuk yang terbaik. Melihat tode diajarkan di Okinawa, pria ini terlihat tidak menyukainya. Dia mengusulkan agar judo menggantikan tode sebagai pelajaran wajib.  

Protespun bermunculan dari beberapa kalangan. Tapi pria ini sepertinya tidak begitu ambil pusing. Bahkan dia mengirimkan surat tantangan berduel pada Itosu. Masyarakat jelas menentang rencana itu karena umur Itosu sudah 75 tahun. Jelas sebuah pertarungan yang tidak seimbang. Bukannya membatalkan, dengan sombongnya pria itu justru membolehkan siapapun yang dianggap tangguh untuk menggantikan Itosu.

Makam Yasutsune Itosu di Shuri Okinawa

Itosu tua tidak berniat orang lain untuk menggantikannya. Dia lalu menemui dewan sekolah dan mengatakan akan menghadapi sendiri pria Jepang itu. Itosu kemudian mengirimkan surat pada seluruh ahli tode di Okinawa untuk menyaksikan pertarungannya. Dalam suratnya Itosu meminta mereka menonton dari dekat karena pertarungan akan berlangsung cepat.

Hari pertarungan akhirnya tiba. Semua orang sudah berkumpul di lapangan sekolah, begitu pula pria Jepang itu. Berpakaian judo lengkap, gambaran kemenangan terlihat jelas di wajahnya. Tidak berapa lama kemudian Itosu berjalan ke tengah lapangan dengan tenang dan tanpa rasa takut. Pria Jepang itu sepertinya yakin akan bisa membanting lawannya dengan mudah. Sebaliknya, Itosu sebenarnya khawatir akan membuat lawannya luka parah.

Tidak menunggu lama, pertarungan segera dimulai. Pria Jepang itu segera mencengkeram lengan Itosu. Tampaknya dia ingin segera menyudahi pertarungan dengan sebuah bantingan. Tanpa disadari, tiba-tiba saja sebuah pukulan Itosu mendarat keras di perut lawan. Hasilnya sungguh mengejutkan. Lawannya langsung tersungkur seketika. Wasit mengira Itosu menyembunyikan senjata dibalik bajunya. Tapi saat diperiksa ternyata tidak ditemukan apapun. Itosu berkata pada khalayak ramai jika dia baru saja melepaskan sebuah pukulan dengan ki (energi yang yang didapat dari mengolah nafas, tenaga dan pikiran dengan benar). Dengan tegas dia mengatakan agar praktisi tode tidak menggunakannya sembarangan.

Pria Jepang itu belum berhenti. Dia mencoba kembali membanting Itosu namun selalu gagal. Tubuh Itosu seakan menancap di tanah dan terlalu berat untuk digerakkan. Karena sudah tidak mampu lagi, si penantang akhirnya menyerah. Itosu dinyatakan sebagai pemenang diikuti dengan decak kagum dari penonton. (Bersambung – Indoshotokan)