Film horor Jepang selalu punya banyak cara untuk membuat penonton merinding ketakutan. Mulai dari hantu yang tiba-tiba menyeruak dari dalam air bak mandi, atau hantu seram yang tiba-tiba muncul di belakang tokoh utama. Diadaptasi berdasarkan novel Fatal Frame: A Curse Affecting Only Girls, yang ditulis Eiji Otsuka, film yang berjudul Fatal Frame (Jepang: Gekijoban Zero) siap menebar kengerian para pecinta genre horor di bulan September 2014. Film ini juga diinspirasi oleh serial game berjudul sama ini disutradarai oleh Mari Asato yang sebelumnya sukses dengan Ju-On: Black Ghost dan Ring of Curse.
Fatal Frame mengambil tempat di sebuah SMU Katolik wanita yang terletak di kota terpencil di pegunungan. Michi Kazato adalah gadis penyuka fotografi yang tidak sengaja menemukan sebuah foto yang mirip dengan teman sekelasnya yaitu Aya Tsukimori, gadis tercantik di sekolah itu. Namun ada yang tidak beres dengan foto itu. Konon Aya sebelumnya pernah melihat bayangan tentang kematiannya sendiri. Begitu kerapnya dia melihat visi itu hingga membuatnya ketakutan dan selalu mengunci diri di kamar asramanya. Hal ini membuat guru dan teman sekelasnya menjadi cemas.
Walaupun Aya masih hidup, sejak hari itu sosok hantu yang mirip dirinya selalu berkeliaran di sekolah dan mengganggu para murid. Murid wanita yang pernah melihat foto itu serasa dipanggil oleh suara misterius dan mulai menghilang satu-persatu. Michi sempat melihat teman sekelasnya yaitu Kasumi yang tiba-tiba menghilang dihadapannya. Penasaran jika pelakunya adalah Aya, Michi bergegas mendatangi kamarnya namun tidak pernah dibukakan pintu. Keesokan harinya Kasumi ditemukan tenggelam dan Michi melihat sosok hantu. Merasa jika dirinya adalah korban berikutnya, Michi berusaha menyelidiki misteri itu bersama Aya.
Di gamenya Fatal Frame menceritakan seorang gadis remaja yang mempotret dan membunuh hantu dengan sebuah kamera obscura. Nah, di film ini fotografi tetap tema utama dan kamera itu juga ada, tapi tidak pernah digunakan sebagai senjata melawan hantu. Lantas point apa yang menjual dari film ini? Jawabannya adalah sinematografi dan atmosfernya. Banyak adegan seram dan diselingi jeritan disana-sini, tapi untungnya masih dalam batas yang wajar. Ketegangan dalam film juga tidak bisa disebut horor melainkan hanya ketakutan dari tokohnya. Fatal Frame sepertinya juga lebih cocok disebut film tragedi ketimbang film horor. Sebuah film yang menceritakan kematian tragis seorang gadis remaja.
Yang terbaik dari film ini adalah cara menceritakannya. Film tidak hanya fokus pada Michi sebagai tokoh utama saja. Penonton juga diajak memahami cerita dari sudut pandang karakter yang lain. Kebanyakan dari karakter itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan hantunya. Mereka ini misalnya para lulusan dari sekolah itu, penjaga sekolah yang lumpuh dan menderita gangguan mental, anak sekolah dasar yang kebetulan lewat dan memotret hantu disana, dsb. Seiring dengan berjalannya cerita, semua bagian ini menyatu dan mengungkap kebenaran dibalik misteri utama.
Fatal Frame adalah film remaja yang banyak dihiasi pendatang baru. Bagi penggemar gamenya menonton film ini adalah wajib, tapi mungkin akan mengecewakan jika sobat adalah pecinta horror intense. Fatal Frame hanya dirilis di Jepang dan Singapura, dan penonton di tanah air sepertinya bisa menonton jika versi DVDnya sudah dirilis. (Indoshotokan)