KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

KARATE SEBAGAI SEBUAH SENI BELA DIRI SPIRITUAL

Karate semakin berubah menjadi sebuah olah raga kompetisi. Ini satu alasan mengapa jumlah wanita yang berlatih karate terutama untuk membela diri kian berkurang. Namun disamping menjaga kesehatan, membela diri adalah tujuan yang sesungguhnya dan tetap menjadi sebuah hal terpenting dalam karate.

Ketika ayahku mengajar karate di Universitas Wanita Meijou, dia menemukan dua kata khusus bela diri untuk wanita. Kata yang pertama disebut Meijou yang merujuk pada nama sekolah itu yang berarti “Bintang yang Terang”. Kata yang lain disebut Aoyagi (berarti Pohon Willow Hijau) yang melambangkan keanggunan dan kelembutan. Kedua kata ini dibuat untuk pertarungan yang sesungguhnya. Keduanya mengandung teknik melawan serangan yang biasanya ditujukan pada wanita seperti merangkul dari depan atau belakang; dan pukulan yang menggunakan tenaga dari si penyerang. Tapi kedua kata ini sangat pendek dan tidak cocok untuk kompetisi, dan karena itulah sekarang tidak begitu populer.

Baru-baru ini aku membaca sebuah artikel di surat kabar Asahi Shimbun. Beritanya tentang seorang remaja SMU yang sedang berada di rumah ketika seorang pencuri masuk dan menyerangnya dengan sebilah pisau. Tapi anak itu cukup pintar dengan menghindari serangan dan berhasil kabur. Setelah itu dia berkata pada wartawan, “ Saat aku melihat pisaunya, tubuhku bereaksi spontan. Jika aku tidak berlatih karate aku akan dilumpuhkan oleh rasa takut.”

Untuk menggunakan karate sebagai bela diri, tidak cukup hanya belajar banyak teknik. Seseorang harus mengembangkan sebuah energi mental “ki” yang penting untuk menggerakkan kemampuan di saat yang dibutuhkan. Hal itu adalah ketika seseorang menghadapi bahaya yang tiba-tiba. Tidak peduli seberapa sering seseorang berlatih teknik, tanpa energi ini seseorang tidak akan bisa menggunakannya. Itulah sebabnya mengapa pendidikan mental begitu penting.

Mengembangkan “ki” begitu penting untuk semua seni bela diri, seperti pada judo, kendo dan iaido. Pendidikan mental diperlukan untuk menyingkirkan rasa gugup dan takut, sehingga bisa memfokuskan seluruh energi mental pada satu titik. Karena karate ditujukan pada kemampuan mempertahankan diri dengan tangan kosong, maka energi mental yang fleksibel sangatlah penting. Berdasarkan alasan tersebut seseorang dapat memilih karate sebagai seni bela diri untuk membentuk jiwa (ki no budo).

Tentu saja kondisi fisik juga mempengaruhi perkembangan seseorang secara umum. Dengan kata lain orang yang tidak punya kepercayaan diri atas fisiknya, juga lemah secara mental dan psikologis. Karena latihan karate mengembangkan seluruh tubuh – bahkan orang dengan kondisi lemahpun bisa mendapat fisik yang kuat setelah beberapa waktu – dan membangun dasar bagi kekuatan mental dan psikologis. (Indoshotokan)

Artikel ini diterjemahkan dari buku “Empty Hand – The Essence of Budo Karate” yang ditulis oleh Kenei Mabuni dengan judul aslinya”Karate as a Spiritual Martial Art”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.