KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG PANGLIMA MELAWAN SEEKOR LEMBU JANTAN (3)

Matsumura melangkah ke singgasana raja. Dia memeriksa para penjaga. Semuanya siap. Ketika Matsumura akan meninggalkan tempat itu sang raja melihat dan memanggilnya. Matsumura membungkuk dengan hormat. Sambil mengunyah buah pir yang menjadi camilannya, sang raja berkata,”Kukira kau sudah siap menghadapi lembu itu?”

“Tentu saja Yang Mulia.” Jawab Matsumura.

“Aku tahu kau pasti akan melakukannya.” Raja berkata sambil memetik anggur dari mangkuk. “Kau belum pernah mengecewakanku.”

“Semoga ini bukan menjadi yang pertama.” Matsumura bicara pada dirinya sendiri seiring dia memberi hormat dan meninggalkan tempat itu. Raja yang kecewa adalah sebuah kabar buruk untuk bawahannya.

Matsumura mendengar namanya dipanggil. Dia melangkah ke tengah arena disambut sorak sorai para penonton. Dia merasa ketakutan muncul dalam dirinya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan membuang jauh-jauh ketakutan dari pikirannya. Dia ingin melawan lembu itu dengan emosi dan pikiran yang tenang. Dia sudah mendengar suara ribut dari lembu yang merasa bosan di dalam kandang, berusaha menggedor kurungan dengan bahunya. Matsumura melihat lembu jantan itu sambil berharap rencananya akan berjalan mulus. Jika gagal, maka dia akan menanggung malu seumur hidup. 

Matsumura mengangguk pada penjaga kandang, yang kemudian membuka ikatan tali yang menahan pintunya agar tertutup. Lembu itu seolah melemparkan badannya keluar dan menyeruak tiba-tiba yang membuat para penonton terkesiap. Matsumura mengambil posisi kuda-kuda bertarung. Lembu itu melihatnya dan mulai mendekatinya. Matsumura menunggu. Lembu jantan itu berderap mengambil ancang-ancang. Matsumura tetap menunggu. Lembu itu berjalan mendekat sambil mengawasi Matsumura.

Matsumura minggir dengan cepat untuk membiarkan binatang itu lewat. Ketika bergerak, Matsumura tiba-tiba berteriak. Kiai Matsumura bergema ke udara seperti suara petir yang mengagetkan. Penonton mendadak terdiam. Lembu jantan itu memutar badannya melihat Matsumura. Untuk sesaat tidak terjadi apapun. Para penonton menahan napas. Matsumura dan lembu jantan itu saling memandang satu sama lain. Matsumura kembali mengeluarkan kiai. Wajah binatang itu menunjukkan dia kenal suara itu. Lembu itu berlari menjauh ke sisi arena. Matsumura mengikutinya. Dia kiai dan binatang itu kembali melarikan diri. Matsumurapun mengejarnya. Sorak-sorai penontonpun memecah. “Bushi! Bushi! Bushi!” Mereka berteriak. “Sang pendekar! Sang pendekar! Sang pendekar!”

Sang raja akhirnya berdiri. Dia mengangkat tangannya dan penonton perlahan kembali tenang.
“Matsumura,” sang raja berteriak. “Berdirilah di hadapanku.

Matsumura berjalan menjauh dari lembu jantan itu bersamaan dengan penjaga kandang dan pembantunya mengulurkan tali untuk mengembalikan binatang itu ke kandang. Dia berjalan ke seberang arena dimana sang raja berdiri dan diikuti dengan memberi hormat padanya.

“Matsumura,” sang raja berkata, “Kekuatanmu sungguh luar biasa. Bahkan lembu paling tangguh di negeri ini takut bertarung melawanmu. Sejak hari ini dan seterusnya kau akan dikenal sebagai ‘Bushi Matsumura.’ Sebagai penghargaan karena kau benar-benar pendekar yang tangguh.” (Indoshotokan)

Artikel ini diterjemahkan dari buku “Legend of the Martial Arts Master” yang ditulis oleh Susan Lynn Peterson dengan judul aslinya”The General Fights a Bull”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.