Dalam dunia serangga larva dan serangga dewasa akan berbeda baik bentuk maupun kebutuhan makanannya. Sementara manusia tidak mengalami perubahan bentuk seperti pada serangga, setiap tahap perkembangan manusia – bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia – kita adalah makhluk yang berbeda dan tubuh kita perlu kebutuhan yang berbeda pula.
Saat Master Funakoshi menyarankan untuk meninggalkan segala aktivitas yang dapat menganggu selama tahap pertumbuhan, para instruktur harus melakukan upaya khusus untuk anak-anak agar lebih berani mengikuti berbagai latihan. Dan saat bergabung dengan latihan, sangatlah penting bagi anak-anak muda untuk menentukan satu tujuan bagi dirinya sendiri, sekaligus menikmati usaha dalam mencapainya.
Apalagi melihat dunia yang baru, berjumpa dengan orang-orang yang baru dan melatih pikiran sebenarnya lebih penting dari sekedar meningkatkan jumlah latihan fisik. Mempertajam perasaan tidak hanya dapat mengembangkan naluri seni bela diri di masa depan, namun juga membentuk karakter.
Masa remaja adalah saat awal menuju kedewasaan dan penuh dengan pergolakan. Adalah satu masa untuk senantiasa khawatir dan introspeksi saat hubungan antara pikiran dan jiwa keluar dari keseimbangannya. Pertama-tama, rasa rendah diri, lemah, takut dan kemarahan harus diatasi lewat memperkuat diri sendiri. Jalan terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah menjalani latihan fisik sekaligus berusaha menyatu dengannya.
Master Funakoshi sangat menyukai kebersihan dan masih kuingat penampilannya yang selalu rapi. Kapanpun masalah datang, aku menemukan bahwa latihan dan membersihkan memungkinkanku menemukan sebuah jalan keluar. Sekalipun saat di universitas para mahasiswa senior akan memintaku menggosok jalan masuk asrama, aku akan melakukannya hingga aku dapat melihat apa yang kupikirkan di bayangan lantai yang mengkilap. Aku percaya bahwa pondasi karate sesungguhnya berakar dalam hidup sehari-hari. Itulah sebabnya aku melakukan kegiatan khusus (membersihkan asrama) untuk menggerakkan baik tubuh bagian kiri dan kanan, dengan begitu akan melatih seluruh anggota badanku.
Ilmu pengetahuan sekarang membuktikan bahwa seimbang menggunakan belahan otak kiri dan kanan akan meningkatkan daya ingat. Dengan demikian latihan yang dilakukan tubuh untuk mendukung hal itu menjadi sangat penting. Sementara aku tidak dapat berbicara dari sudut pandang seorang ilmuwan, aku telah membuktikan sejak awal bahwa rutinitas dan menghargai tanggung jawab dalam hidup sehari-hari akan bermanfaat pada keseimbangan tubuh dan pikiran secara alamiah.
Demikianlah, masa remaja adalah saat untuk meraih kekuatan dan membangun rasa percaya diri. Jika kau tidak menyukai dirimu sendiri maka mustahil untuk menyukai orang lain.
Hal penting dalam karate yang menghubungkan tubuh dan pikiran adalah: teriakan semangat (kiai), perut dan pinggul. Tiga komponen inilah yang akan membawa seseorang pada tahap lebih kuat untuk mencapai kedamaian dan tentu saja mampu mengendalikan diri sendiri
Saat aku mengajar di luar negeri, dalam perjalanan tambahan sekalipun aku sebagai seorang instruktur, meski kondisi mentalku masih bertenaga ternyata fisikku sudah mencapai batas kelelahannya. Dalam kondisi seperti ini, latihan pernapasan dan kiai dapat membantuku memulihkan tenaga. Saat aku sedang bersemangat, dua latihan ini membantuku menekan perasaan tegang. Dan ketika kondisi mentalku menurun, latihan itu membantuku membangkitkan energi dari dalam tubuh.
Saat tubuh manusia telah berhasil mencapai kedamaian, maka berikutnya adalah membaginya dengan orang lain. Kita sebagai manusia mustahil bertahan hidup seorang diri. Saat berlatih kumite kita harus belajar menyesuaikan gerakan kita dengan lawan. Kita belajar “membaca” pikiran lawan dan dari sana kita belajar bagaimana menghormatinya. Ketika perasaan menghormati lawan telah ada maka rasa takutpun sirna dan kita akan menemukan bahwa kita tidak lagi mempunyai lawan.
Satu contoh dari jaman lama di Jepang yang mampu mengilustrasikan hal ini adalah rasa hormat seorang samurai pada lawannya yang mengakuinya sebagai “musuh terhormat.” Ada semacam bentuk keindahan yang ditunjukkan dari rasa saling hormat seperti itu.
Ketika kita belajar saling memberi kedamaian dengan orang lain, kita meningkatkan lagi dengan berusaha memberi kedamaian bagi masyarakat, alam sekitar, bumi dan akhirnya alam semesta. Satu contoh yang dapat menjelaskan hal ini adalah lewat mengenal orang lain dengan memberikan salam yang baik.
Saat berlatih di dalam dojo, umumnya kita akan memberi hormat tiga kali – sekali pada tempat kita saling berbagi untuk berlatih (dojo itu sendiri), sekali pada instruktur kita, dan sekali pada sesama rekan berlatih. Sebelum berlatih tanding kita membungkuk untuk memberi hormat pada lawan, dan saat mengerjakan kata tertentu kita menempatkan kedua tangan kita bersamaan untuk menandakan sebuah makna tertentu – yang menunjukkan kita tidak mempunyai maksud tersembunyi; keseimbangan yin dan yang; masa kini yang hadir diantara masa lalu (diwakili tangan kanan) dan masa depan (diwakili tangan kiri); dan harapan kita ke masa depan.
Mereka yang sungguh-sungguh paham betapa menakjubkannya hal ini menunjukkan telah meraih martabat yang bersahaja. Dan saat rasa bersyukur telah diraih sebagai konsekuensi alamiah dibawah pencipta alam semesta ini, kedamaian pikiran dan sebuah wajah yang ramah akan senantiasa tampil.
Lebih jauh, ada bentuk salam verbal “Osu,” yang ditulis dengan huruf kanji Cina. Huruf pertama berarti “menekan”, karakter yang selalu berusaha untuk maju, dan semangat bertarung. Huruf kedua berarti “menahan” (beban, tantangan atau penderitaan) yang menekankan sebuah petunjuk bahwa hanya melalui ketekunan maka segala rintangan atau kemunduran dapat diatasi. Arti dari salam “Osu” selalu mengingatkan kita bahwa melalui usaha yang disiplin dan sungguh-sungguh maka kita akan dapat meraih apa yang kita impikan.
Apa yang telah kupelajari dari karate? Aku telah belajar bagaimana membuat diriku bahagia sekaligus mencapai kedamaian. Bagi umat manusia, kematian adalah hal yang tidak terelakkan dalam hidup. Karena itulah, aku ingin berbagi dengan orang lain apa yang telah kupelajari selama ini. Merasa bahagia sementara orang di sekitarku tidak demikian bukanlah kebahagiaan sejati. Itikad baik yang mampu menembus batas negara, ras dan suku menunjukkan inti sebenarnya dari seni bela diri.
Saat aku berusia dua puluhan, aku bertemu Master Funakoshi untuk pertama kalinya yang saat itu telah berusia delapan puluhan, dan saat itu aku berpikir ingin menjadi sepertinya. Dari sudut pandangku ini dirinya juga sebagai seorang contoh yang harus diikuti. Kita juga, mempunyai sebuah kewajiban untuk menjalani hidup dengan sebenar-benarnya dan menjadi contoh bagi generasi muda hari ini.
Hidup dan proses menjalaninya adalah sebuah seni. (Indoshotokan)
Artikel diterjemahkan dengan bebas dari Buku Karate Fighting Techniques dari sub bab "OM The Master" yang ditulis Hirokazu Kanazawa. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.
Saat Master Funakoshi menyarankan untuk meninggalkan segala aktivitas yang dapat menganggu selama tahap pertumbuhan, para instruktur harus melakukan upaya khusus untuk anak-anak agar lebih berani mengikuti berbagai latihan. Dan saat bergabung dengan latihan, sangatlah penting bagi anak-anak muda untuk menentukan satu tujuan bagi dirinya sendiri, sekaligus menikmati usaha dalam mencapainya.
Apalagi melihat dunia yang baru, berjumpa dengan orang-orang yang baru dan melatih pikiran sebenarnya lebih penting dari sekedar meningkatkan jumlah latihan fisik. Mempertajam perasaan tidak hanya dapat mengembangkan naluri seni bela diri di masa depan, namun juga membentuk karakter.
Masa remaja adalah saat awal menuju kedewasaan dan penuh dengan pergolakan. Adalah satu masa untuk senantiasa khawatir dan introspeksi saat hubungan antara pikiran dan jiwa keluar dari keseimbangannya. Pertama-tama, rasa rendah diri, lemah, takut dan kemarahan harus diatasi lewat memperkuat diri sendiri. Jalan terbaik untuk mencapai tujuan ini adalah menjalani latihan fisik sekaligus berusaha menyatu dengannya.
Master Funakoshi sangat menyukai kebersihan dan masih kuingat penampilannya yang selalu rapi. Kapanpun masalah datang, aku menemukan bahwa latihan dan membersihkan memungkinkanku menemukan sebuah jalan keluar. Sekalipun saat di universitas para mahasiswa senior akan memintaku menggosok jalan masuk asrama, aku akan melakukannya hingga aku dapat melihat apa yang kupikirkan di bayangan lantai yang mengkilap. Aku percaya bahwa pondasi karate sesungguhnya berakar dalam hidup sehari-hari. Itulah sebabnya aku melakukan kegiatan khusus (membersihkan asrama) untuk menggerakkan baik tubuh bagian kiri dan kanan, dengan begitu akan melatih seluruh anggota badanku.
Ilmu pengetahuan sekarang membuktikan bahwa seimbang menggunakan belahan otak kiri dan kanan akan meningkatkan daya ingat. Dengan demikian latihan yang dilakukan tubuh untuk mendukung hal itu menjadi sangat penting. Sementara aku tidak dapat berbicara dari sudut pandang seorang ilmuwan, aku telah membuktikan sejak awal bahwa rutinitas dan menghargai tanggung jawab dalam hidup sehari-hari akan bermanfaat pada keseimbangan tubuh dan pikiran secara alamiah.
Demikianlah, masa remaja adalah saat untuk meraih kekuatan dan membangun rasa percaya diri. Jika kau tidak menyukai dirimu sendiri maka mustahil untuk menyukai orang lain.
Hal penting dalam karate yang menghubungkan tubuh dan pikiran adalah: teriakan semangat (kiai), perut dan pinggul. Tiga komponen inilah yang akan membawa seseorang pada tahap lebih kuat untuk mencapai kedamaian dan tentu saja mampu mengendalikan diri sendiri
Saat aku mengajar di luar negeri, dalam perjalanan tambahan sekalipun aku sebagai seorang instruktur, meski kondisi mentalku masih bertenaga ternyata fisikku sudah mencapai batas kelelahannya. Dalam kondisi seperti ini, latihan pernapasan dan kiai dapat membantuku memulihkan tenaga. Saat aku sedang bersemangat, dua latihan ini membantuku menekan perasaan tegang. Dan ketika kondisi mentalku menurun, latihan itu membantuku membangkitkan energi dari dalam tubuh.
Saat tubuh manusia telah berhasil mencapai kedamaian, maka berikutnya adalah membaginya dengan orang lain. Kita sebagai manusia mustahil bertahan hidup seorang diri. Saat berlatih kumite kita harus belajar menyesuaikan gerakan kita dengan lawan. Kita belajar “membaca” pikiran lawan dan dari sana kita belajar bagaimana menghormatinya. Ketika perasaan menghormati lawan telah ada maka rasa takutpun sirna dan kita akan menemukan bahwa kita tidak lagi mempunyai lawan.
Satu contoh dari jaman lama di Jepang yang mampu mengilustrasikan hal ini adalah rasa hormat seorang samurai pada lawannya yang mengakuinya sebagai “musuh terhormat.” Ada semacam bentuk keindahan yang ditunjukkan dari rasa saling hormat seperti itu.
Ketika kita belajar saling memberi kedamaian dengan orang lain, kita meningkatkan lagi dengan berusaha memberi kedamaian bagi masyarakat, alam sekitar, bumi dan akhirnya alam semesta. Satu contoh yang dapat menjelaskan hal ini adalah lewat mengenal orang lain dengan memberikan salam yang baik.
Saat berlatih di dalam dojo, umumnya kita akan memberi hormat tiga kali – sekali pada tempat kita saling berbagi untuk berlatih (dojo itu sendiri), sekali pada instruktur kita, dan sekali pada sesama rekan berlatih. Sebelum berlatih tanding kita membungkuk untuk memberi hormat pada lawan, dan saat mengerjakan kata tertentu kita menempatkan kedua tangan kita bersamaan untuk menandakan sebuah makna tertentu – yang menunjukkan kita tidak mempunyai maksud tersembunyi; keseimbangan yin dan yang; masa kini yang hadir diantara masa lalu (diwakili tangan kanan) dan masa depan (diwakili tangan kiri); dan harapan kita ke masa depan.
Mereka yang sungguh-sungguh paham betapa menakjubkannya hal ini menunjukkan telah meraih martabat yang bersahaja. Dan saat rasa bersyukur telah diraih sebagai konsekuensi alamiah dibawah pencipta alam semesta ini, kedamaian pikiran dan sebuah wajah yang ramah akan senantiasa tampil.
Lebih jauh, ada bentuk salam verbal “Osu,” yang ditulis dengan huruf kanji Cina. Huruf pertama berarti “menekan”, karakter yang selalu berusaha untuk maju, dan semangat bertarung. Huruf kedua berarti “menahan” (beban, tantangan atau penderitaan) yang menekankan sebuah petunjuk bahwa hanya melalui ketekunan maka segala rintangan atau kemunduran dapat diatasi. Arti dari salam “Osu” selalu mengingatkan kita bahwa melalui usaha yang disiplin dan sungguh-sungguh maka kita akan dapat meraih apa yang kita impikan.
Apa yang telah kupelajari dari karate? Aku telah belajar bagaimana membuat diriku bahagia sekaligus mencapai kedamaian. Bagi umat manusia, kematian adalah hal yang tidak terelakkan dalam hidup. Karena itulah, aku ingin berbagi dengan orang lain apa yang telah kupelajari selama ini. Merasa bahagia sementara orang di sekitarku tidak demikian bukanlah kebahagiaan sejati. Itikad baik yang mampu menembus batas negara, ras dan suku menunjukkan inti sebenarnya dari seni bela diri.
Saat aku berusia dua puluhan, aku bertemu Master Funakoshi untuk pertama kalinya yang saat itu telah berusia delapan puluhan, dan saat itu aku berpikir ingin menjadi sepertinya. Dari sudut pandangku ini dirinya juga sebagai seorang contoh yang harus diikuti. Kita juga, mempunyai sebuah kewajiban untuk menjalani hidup dengan sebenar-benarnya dan menjadi contoh bagi generasi muda hari ini.
Hidup dan proses menjalaninya adalah sebuah seni. (Indoshotokan)
Artikel diterjemahkan dengan bebas dari Buku Karate Fighting Techniques dari sub bab "OM The Master" yang ditulis Hirokazu Kanazawa. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.