KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

APAKAH KARATE ITU?

Di Okinawa, sebuah seni bela diri yang misterius namun ajaib telah datang kepada kita. Diceritakan bahwa orang yang mampu menguasai tekniknya dapat dengan mudah membela diri tanpa bantuan senjata sekaligus dapat melakukan atraksi yang luar biasa: memecahkan beberapa papan kayu tebal dengan tinjunya, atau bingkai ruangan (admin: kusen pintu atau jendela) dengan sebuah tendangan.

Dengan shuto (tangan pisau) dia dapat membunuh seekor sapi dengan serangan tunggal. Menghancurkan paha kuda dengan tangan terbukanya. Dia dapat menyeberangi ruangan dengan bergelantungan di balok kayu dan langit-langit dengan jarinya. Menghancurkan batang bambu hijau dengan dengan tangan kosong. Memutuskan sebuah tali yang kuat dengan sekali tarikan atau menghancurkan batu dengan tangannya.

Beberapa hal yang misterius dan ajaib tersebut menjadi inti dari Karate-do. Tetapi atraksi seperti itu hanyalah bagian kecil dari karate. Sama seperti ujian menebas dalam kendo (seni pedang Jepang). Dan adalah keliru jika menganggap Karate-do tidak lebih dari ini.

Kenyataannya, Karate-do sejati lebih banyak menitik beratkan pada aspek spiritual daripada masalah fisik. Karate-do sejati adalah seperti ini: dalam kesehariannya pikiran dan tubuh dilatih dan dikembangkan dalam semangat kerendahan hati. Dan di saat-saat kritis mereka akan mengeluarkan segenap kemampuannya demi keadilan.


KARA

Karate-do adalah seni bela diri yang asal-usulnya berasal dari Okinawa. Meski di masa lalu sempat dibingungkan dengan tinju Cina karena menggunakan huruf Cina “kara” di namanya yang paling depan. Kenyataannya, selama ratusan tahun para ahli di Okinawa telah melatih dan menyempurnakannya hingga menjadi sebuah seni bela diri terpadu seperti yang terlihat pada hari ini. Karena itu jelaslah bahwa Karate-do adalah seni bela diri Okinawa.

Seseorang bisa jadi bertanya-tanya mengapa huruf Cina “kara” digunakan sampai begitu lama. Seperti yang telah kusebutkan di bagian “Perkembangan Karate-do,” aku percaya saat itu pengaruh budaya Cina sedang mencapai puncaknya di Jepang. Banyak ahli bela diri mengadakan perjalanan ke Cina demi berlatih Tinju Cina.

Dengan pengetahuan barunya mereka mengubah seni bela diri yang sudah ada yang kemudian disebut dengan Okinawa-te. Mereka mengganti hal-hal yang kurang sesuai, menambahkan nilai-nilai yang baik kedalamnya, dan menjadikannya sebagai seni yang lebih baik. Diduga mereka juga menyebut “kara” (masih dengan huruf Cina) dengan nama yang baru.   

Karena saat itu di Jepang kebanyakan orang terpesona dengan budaya asing, tidak sulit dibayangkan tingginya penghargaan pada budaya Cina selama periode itu di Okinawa. Bahkan saat penulis masih muda, tidak adanya perabot buatan Cina di rumah keluarga yang terpandang akan menjadi masalah serius untuknya dalam bermasyarakat. Atas dasar inilah alasan menggunakan huruf Cina “kara” yang lebih bermakna “Cina” muncul sebagai sebuah fakta yang unik.    

Karena mengikuti tradisi, penulis di masa lalu terus menggunakan huruf Cina. Namun demikian, karena sering membingungkan dengan Tinju Cina, dan kenyataan bahwa seni bela diri Okinawa telah menjadi bagian dari seni bela diri Jepang, menggunakan huruf lama “kara” terkesan merendahkan dan tidak lagi sesuai. Berdasarkan alasan inilah – di samping banyaknya protes – penulis telah meninggalkannya dan mengganti dengan huruf “kara” yang baru.  


MAKNA DARI KARA

Arti pertama untuk “kara” menunjukkan bahwa karate adalah sebuah teknik yang memungkinkan seseorang membela diri dengan tinju dan tangan kosong tanpa senjata.

Kedua, sama seperti cermin bersih yang memantulkan bayangan tanpa cela, atau lembah kosong yang mengeluarkan gema suara. Jadi orang yang belajar Karate-do harus membersihkan diri dari sifat egois dan pikiran jahat. Hanya dengan pikiran dan hati yang jernih dia dapat memahami apa yang diterimanya. Ini adalah arti lain dari elemen “kara” dalam Karate-do.

Berikutnya, dia yang belajar Karate-do harus selalu berusaha rendah hati dan lemah lembut. Walau demikian, ketika dia memutuskan untuk membela keadilan, maka dia harus menunjukkan keberanian seperti pepatah,” Sekalipun ada sepuluh juta musuh, aku akan maju!” Demikianlah, dia ibarat batang bambu hijau yang bersih (kara) dalam hatinya, jujur, tidak egois, ramah dan bijaksana. Arti ini juga terkandung pada elemen “kara” dalam Karate-do.    

Akhirnya, dalam hal yang paling mendasar, bentuk alam semesta ini adalah kekosongan (kara) dan kekosongan adalah bentuk itu sendiri. Begitu banyak seni bela diri: judo, kendo, sojitsu (teknik tombak), bojitsu (teknik tongkat) dan lain-lain. Namun pada tingkat yang paling dasar semuanya sama dengan Karate-do.

Tidaklah berlebihan jika dikatakan tujuan mendasar Karate-do adalah sama dengan semua seni bela diri. Berisi adalah kekosongan, kekosongan adalah berisi itu sendiri. “Kara” pada Karate-do juga mempunyai arti ini. (Indoshotokan)

Artikel ini berjudul asli “What is Karate?” yang berasal dari bagian pendahuluan buku “Karate-do Kyohan” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi (1973). Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.