KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

SANG GURU: KISAH ANKOH AZATO (2)


Berhasil menimba ilmu dari Sokon Matsumura tidak lantas membuat Azato berpuas diri. Karena itulah Azato lalu memasang banyak peralatan bela diri di rumahnya. Funakoshi yang pernah berkunjung ke rumahnya menceritakan jika rumah Azato yang besar itu tak ubahnya seperti pusat latihan bela diri daripada tempat tinggal. Makiwara (sasaran pukulan dari kayu) dengan beragam bentuk terlihat di tiap sudut rumah. Ada juga boneka kayu yang biasa digunakan ahli bela diri Tiongkok. Di ruangan lain ada pedang lengkap dengan perisainya yang siap digunakan kapan saja. Alat latihan beban dari batu juga melengkapi koleksinya. Tapi yang paling menarik perhatian adalah replika kuda dari kayu untuk latihan memanah.

Melihat semua itu orang bisa saja menilai Azato terlalu berlebihan. Peralatan yang serba lengkap itu tentu saja mahal dan belum tentu semua ahli bela diri Okinawa bisa menyediakannya. Karena berasal dari keluarga terpandang, bukan hal aneh jika Azato bisa mendapatkannya. Tapi tujuan Azato yang sebenarnya adalah agar dia berlatih dimana saja dan kapan saja.

Rumah besar Azato itu agaknya juga tidak luput dari perhatian pencuri. Suatu malam seorang pencuri mengendap-endap masuk ke rumah Azato. Andai si pencuri tahu jika rumah yang dimasukinya itu milik seorang ahli bela diri mungkin dia akan mengurungkan niatnya. Azato yang sudah terlelap tiba-tiba bangun karena mendengar suara yang mencurigakan di ruangan sebelah. Sadar ada tamu tidak diundang, Azato bangun sambil menyiapkan diri.

Di satu sudut ruangan yang gelap Azato akhirnya berhasil menemukan sang pengganggu dan berusaha menangkapnya. Karena ketahuan oleh pemilik rumah, pencuri itu mengurungkan niatnya mengambil harta benda dan melarikan diri. Pencuri itu ternyata bertubuh kerdil tapi licin bagai belut. Dengan lincah dia bergerak kesana kemari menghindari tangkapan Azato. Setelah berhasil merepotkan si empunya rumah akhirnya dia berhasil kabur lewat atap rumah. Beberapa perabot rumahpun pecah akibat ulahnya. Meski kesal dan tidak percaya, Azato yakin jika orang itu tidak sekedar ingin mencuri tapi juga ingin menguji kemampuannya.


AHLI PEDANG DAN MEMANAH

Tidak berhenti sampai ilmu tangan kosong saja, Azato terus mengembangkan kemampuannya dengan ilmu-ilmu baru. Karena itu dia lalu belajar kenjutsu (ilmu pedang) pada Yashichiro Ishuin, seorang ahli pedang dari Jigen-ryu. Konon Jigen-ryu adalah teknik pedang yang digunakan kelompok Samurai Satsuma yang pernah menduduki Okinawa.

Yang jelas Azato tampak sangat puas dengan ilmu pedangnya itu. Funakoshi pernah bercerita jika Azato memang suka dengan tode, tapi ilmu pedang adalah hasrat terbesarnya. Sejak belajar Jigen-ryu Azato mengatakan selalu siap jika harus menghadapi lawan kapanpun dan dimanapun. Apa yang dikatakan Azato itu bukan bermaksud menyombongkan diri karena itu semua hanyalah keyakinannya semata. Dan itu bukanlah omong kosong karena kelak dia akan membuktikan sendiri perkataannya. 

Setelah mahir tode dan kenjutsu Azato masih ingin menambah keahliannya dengan belajar kyujutsu (ilmu memanah). Untuk itu dia lalu mendatangi ahli memanah terbaik saat itu yang bernama Sekiguchi. Di luar semua kepiawaiannya Azato ternyata juga mahir menunggang kuda. Ketika seorang ahli berkuda bernama Megata sedang memberi pelatihan bagi pasukan Kaisar Meiji, Azato berniat menemuinya. Kabarnya Megata mempunyai teknik berkuda yang unik karena belajar pada orang barat.

Sesampainya disana Azato tidak langsung memperkenalkan diri. Dari kejauhan dia mengamati Megata yang sedang memberikan instruksi pada murid-muridnya. Megata tampaknya sudah tahu sedang diperhatikan oleh Azato. Dia lalu mendekati Azato dengan dalih minta bantuan untuk mencoba pelana barunya. Permintaan itu sebetulnya hanya basa-basi saja karena Megata ingin melihat kebolehan Azato. Walau sempat menolak, setelah dibujuk Megata dan muridnya akhirnya Azato menerima permintaan itu. Demonstrasi berkuda dari Azato mendapat tepuk tangan dan pujian dari Megata dan murid-muridnya. (Bersambung - Indoshotokan)