Tidak akan ada habisnya membedakan bermacam-macam perguruan dan aliran karate. Sama halnya seperti judo dan kendo di masa lampau, bermacam-macam perguruan dan aliran tersebut dikenal dari nama pemilik dojo masing-masing. Dalam budo, tidak hanya karate, penafsiran seni bela diri dari mereka yang mengerjakan berbeda mengikuti penafsiran dari instruktur mereka. Lebih jauh, tidak perlu dikatakan lagi bahwa variasi dalam menampilkannya adalah ciri khas dari tiap individu.
Namun demikian, jika kata akan dikelompokkan, maka akan terbagi pada Shorei-ryu dan Shorin-ryu. Orang-orang jaman dulu menekankan terutama pada pengembangan tenaga otot, fisik dan hasilnya menakjubkan dalam hal kekuatan. Sebaliknya, Shorin-ryu (Perguruan Shorin) sangat ringat dan cepat. Dengan gerakan cepat kedepan dan kebelakang bisa disamakan seperti lincahnya burung elang yang terbang. Kata Tekki, begitu juga dengan Jutte, Hangetsu, Jion, dan beberapa lainnya menjadi milik dari Shorei-ryu. Sementara Kata Heian, Bassai, Kanku, Enpi, Gankaku dan beberapa lainnya berhubungan dengan Shorin-ryu.
Benar-benar menakjubkan melihat orang berbadan besar dan berat mengerjakan kata Shorei-ryu. Memukau penonton dengan menampilkan kekuatan yang luar biasa. Namun demikian, kata Shorei-ryu sedikit mempunyai kekurangan dalam hal kecepatan. Hal yang serupa, orang tidak bisa berkata apapun kecuali sangat terkesan melihat orang berbadan ramping, dengan gerakan secepat burung terbang mengerjakan kata Shorin-ryu dengan kecepatan yang membutakan, yang mana merupakan hasil dari latihan yang intensif. Walau begitu, kedua gaya tersebut tentu saja mengembangkan pikiran dan tubuh, dan bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lainnya.
Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan bagi mereka yang belajar karate wajib menyadari hal-hal ini dan mempelajarinya dengan sesuai. Sebagai tambahan dari dua jenis kata diatas, sebagai hasil penelitian selama beberapa tahun pada hal yang umum, aku telah mengembangkan dua kata; Taikyoku no Kata untuk pemula, dan Ten no Kata, untuk digunakan sebagai bentuk bertanding (kumite). Aku juga menganjurkan agar kedua kata ini dipelajari dengan tekun.
Jika seluruh kata yang bermacam-macam itu dihitung, maka jumlahnya akan sangat banyak. Namun demikian, sejak belajar kata bukan sekedar untuk mengerjakan saja, melainkan untuk menempa dan mendispilinkan diri, maka tidak perlu belajar banyak kata tanpa pandang bulu. Sudah cukup bagi seseorang untuk mengenali dan mengikuti sembilan belas kata berikut ini dan terus melatihnya. Dari kata Shorin-ryu, pemula pertama-tama wajib belajar Taikyouku Shodan, Taikyouku Nidan, Taikyouku Sandan dan diikuti dengan Heian Shodan, Nidan, Sandan, Yondan, Godan, Bassai, Kanku, Enpi dan Gankaku. Dari kata Shorei-ryu, seseorang harus belajar Tekki Shodan, Tekki Nidan, Tekki Sandan, Jutte, Hangetsu dan Jion.
Yang termasuk dalam kata yang sudah disebutkan diatas adalah Ten no Kata, sebagai bentuk latihan kumite yang harus dipelajari. Aku percaya menggunakan bentuk dan manfaat terbaik dari bermacam-macam kata. Bentuk-bentuk yang lain, karena itu, tidak akan disebutkan disini. (Indoshotokan)
Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-Do Kyohan” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dengan judul aslinya “Kata”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.
Namun demikian, jika kata akan dikelompokkan, maka akan terbagi pada Shorei-ryu dan Shorin-ryu. Orang-orang jaman dulu menekankan terutama pada pengembangan tenaga otot, fisik dan hasilnya menakjubkan dalam hal kekuatan. Sebaliknya, Shorin-ryu (Perguruan Shorin) sangat ringat dan cepat. Dengan gerakan cepat kedepan dan kebelakang bisa disamakan seperti lincahnya burung elang yang terbang. Kata Tekki, begitu juga dengan Jutte, Hangetsu, Jion, dan beberapa lainnya menjadi milik dari Shorei-ryu. Sementara Kata Heian, Bassai, Kanku, Enpi, Gankaku dan beberapa lainnya berhubungan dengan Shorin-ryu.
Benar-benar menakjubkan melihat orang berbadan besar dan berat mengerjakan kata Shorei-ryu. Memukau penonton dengan menampilkan kekuatan yang luar biasa. Namun demikian, kata Shorei-ryu sedikit mempunyai kekurangan dalam hal kecepatan. Hal yang serupa, orang tidak bisa berkata apapun kecuali sangat terkesan melihat orang berbadan ramping, dengan gerakan secepat burung terbang mengerjakan kata Shorin-ryu dengan kecepatan yang membutakan, yang mana merupakan hasil dari latihan yang intensif. Walau begitu, kedua gaya tersebut tentu saja mengembangkan pikiran dan tubuh, dan bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lainnya.
Keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan bagi mereka yang belajar karate wajib menyadari hal-hal ini dan mempelajarinya dengan sesuai. Sebagai tambahan dari dua jenis kata diatas, sebagai hasil penelitian selama beberapa tahun pada hal yang umum, aku telah mengembangkan dua kata; Taikyoku no Kata untuk pemula, dan Ten no Kata, untuk digunakan sebagai bentuk bertanding (kumite). Aku juga menganjurkan agar kedua kata ini dipelajari dengan tekun.
Jika seluruh kata yang bermacam-macam itu dihitung, maka jumlahnya akan sangat banyak. Namun demikian, sejak belajar kata bukan sekedar untuk mengerjakan saja, melainkan untuk menempa dan mendispilinkan diri, maka tidak perlu belajar banyak kata tanpa pandang bulu. Sudah cukup bagi seseorang untuk mengenali dan mengikuti sembilan belas kata berikut ini dan terus melatihnya. Dari kata Shorin-ryu, pemula pertama-tama wajib belajar Taikyouku Shodan, Taikyouku Nidan, Taikyouku Sandan dan diikuti dengan Heian Shodan, Nidan, Sandan, Yondan, Godan, Bassai, Kanku, Enpi dan Gankaku. Dari kata Shorei-ryu, seseorang harus belajar Tekki Shodan, Tekki Nidan, Tekki Sandan, Jutte, Hangetsu dan Jion.
Yang termasuk dalam kata yang sudah disebutkan diatas adalah Ten no Kata, sebagai bentuk latihan kumite yang harus dipelajari. Aku percaya menggunakan bentuk dan manfaat terbaik dari bermacam-macam kata. Bentuk-bentuk yang lain, karena itu, tidak akan disebutkan disini. (Indoshotokan)
Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-Do Kyohan” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dengan judul aslinya “Kata”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.