KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

KEMAMPUAN UNTUK MEMBACA PIKIRAN LAWANMU (1)

Ada beberapa murid yang sekalipun adalah pembuat onar di masa mudanya, terus berlatih karate sampai sekarang. Karena mereka juga tumbuh secara emosional, saat mereka bertemu seseorang yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya, mereka sering menyapa dengan perkataan seperti, “Kau dulu benar-benar anak yang payah. Bagaimana bisa kau sekarang tumbuh menjadi orang yang hebat?” Ini adalah hal yang sangat baik. Sepanjang pengalamanku – dan tidak hanya selama mengajar karate langsung di dojo, tapi juga dalam perjalananku ketika mengajar di banyak negara – belum pernah kulihat anak-anak muda di sekitarku yang berlatih karate berubah menjadi tidak baik.

Diantara murid-muridku yang sudah dewasa, ada beberapa yang hanya bisa sesekali datang ke dojo karena jadwal kerja mereka yang sibuk. Mereka menghargai karate karena memberikan mereka kemampuan untuk bertahan pada situasi yang paling sulit sekalipun. Banyak dari mereka juga memberitahuku jika mereka bisa mengelola hubungan dengan orang lain secara lebih mudah. Atau bahkan ketika menghadapi banyak masalah sekaligus, mereka bisa mengatasinya tanpa panik.

Ketika “K”, seorang mahasiswa, akan berlaga di turnamen karate, dia sering ditegur wasit karena tidak sabaran dan menjadi agresif, akhirnya beradu pendapat dengan wasit. Ketika sudah lulus dari universitas, anak muda ini bekerja di perusahaan properti. Dia membuat pegawai lain terkesima dengan kemampuan menjualnya yang bagus. Secara kebetulan aku bertemu dengan direktur perusahaan yang menjelaskan kemampuan “K” dengan berkata, “Lebih dari siapapun, dia mempunyai karakter yang baik.”

Selain itu, aku yakin jika “K” pasti sudah mendapatkan apa yang disebut dengan kebiasaan, atau mungkin kemampuan yang membuatnya bisa membaca, atau mengukur pikiran lawannya. Itu karena dalam karate kau berlatih menselaraskan napas, gerakan, kekuatan dan kewaspadaan dengan lawanmu. Saat berlatih karate, pertama-tama kau gunakan waktumu dengan hati-hati untuk mengamati gerakan lawanmu. Segera ketika lawan mengencangkan ototnya, kau kencangkan juga ototmu; ketika dia membuang napas, kau juga membuang napas; dan ketika dia melonggarkan ototnya, kau melakukan gerakanmu dan menyerang. Proses ini dilakukan berulang kali, namun selama melakukannya, kau melihat mata lawan.

Beberapa bulan kemudian dilalui dengan cara bagaimana bergerak lebih dekat untuk menselaraskan diri dengan lawan. Dengan melakukan itu, adalah mungkin bagi kita untuk membaca pikiran lawan hanya dengan melihat matanya. Ini bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan lewat kata-kata, melainkan sesuatu yang hanya bisa dipahami dan diperoleh lewat latihan dan pengalaman dalam karate.

Aku ingin berbagi denganmu kebenaran lainnya yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Salah satu kebiasaanku dalam mengajar adalah ketika menghadapi orang pada level senior, pandanglah hanya salah satu matanya dengan kedua matamu. Karena dia lebih kuat dan punya pengalaman lebih banyak, jika kau memandang kedua matanya, kau akan mudah merasa kewalahan – seperti seekor katak yang ditantang seekor ular – yang membuat sulit mengambil manfaat dari latihan bersamanya. Tapi, dengan menggunakan kedua matamu untuk memandang hanya salah satu dari matanya, maka bisa memperkecil rasa takut. Ini bisa menjadi satu sumber energi psikologis yang bisa membuatmu berlatih dengan murid senior.

Juga, sementara hal ini tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, adalah teoriku ketika kita membicarakan hal penting dengan orang lain, kau harus selalu menghadap ke orang itu sehingga titik pusarmu berada di arahnya. Dengan melakukan itu akan membantu aliran energi spiritual mengarah padanya, dan jika energimu cukup kuat akan membuatmu bisa mengambil energinya. Pendekatan ini akan menghasilkan diskusi yang produktif dan negosiasi yang berhasil. (Bersambung – Indoshotokan)

Artikel ini diterjemahkan dari buku “Black Belt Karate – The Intensive Course” yang ditulis oleh Hirokazu Kanazawa dengan judul aslinya”The Ability to Read Your Opponent’s Mind”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.